Sabtu, 17 Januari 2009

Pendidikan itu 'mahal' harganya!


Dua hari yang lalu aku berkesempatan untuk berkunjung ke beberapa sekolah yang terletak di wilayah kabupaten Tangerang. Di benakku terlintas bentuk bangunan sekolah yang terletak di tengah-tengah perumahan atau di tepi jalan raya seperti halnya yang sering ku temui selama ini. Maka aku santai saja dan menikmati perjalanan menuju tempat tugas pada pagi itu.

Hujan turun dengan derasnya sejak malam dan jam di tanganku menunjukkan pukul 5:20 wib. Rasanya ingin sekali aku menghabiskan waktu dengan terlelap namun tugas menanti maka ku tepis segala rasa kantuk dan ku paksa mataku tetap terbuka menatap jalan yang terbentang di depanku.

Semakin jauh, jalanan semakin lengang. Tak lagi ku lihat hilir mudik kendaraan bermotor melainkan beberapa orang petani yang nampak sedang menuju sawah serta 2 anak kecil mengenakan seragam putih-merah. Aku bertanya-tanya: "Dimanakah gerangan letak sekolah yang ku tuju? Jika sejauh ini bagaimana cara siswa datang ke sekolah? Tanpa kendaraan bermotor, berapa jam yang harus mereka tempuh dengan berjalan kaki?" dan berbagai pertanyaan lain yang mulai berdesakan di kepalaku.

Saat tiba di lokasi, aku terkejut mendapati sekolah yang berada di tengah-tengah sawah. Untuk masuk ke gerbangnya aku harus berjalan melewati tanah merah yang masih basah tersiram air hujan. Walhasil, sepatu ku jeblok oleh tanah merah :P

Dan tes pun dimulai....siswanya berjumlah 38 anak. Wajah-wajah lugu itu terlihat tegang ketika melihatku. Ketika aku tersenyum barulah raut wajah mereka perlahan berubah tenang dan kerutan di dahi pun perlahan memudar. Senangnya bisa melihat senyum tulus itu.

Saat tes hendak dimulai, ada seorang anak yang ternyata tidak memiliki pensil 2b. Aku pun menanyakan kepada seisi kelas apakah ada yang membawa pensil lebih agar dapat memberi pinjaman kepada temannya sebelum tes dimulai. Dan gelengan kepala terlihat dari sebagian besar isi kelas, sisanya hanya menunduk atau terdiam melihatku. Ternyata aku baru mengetahui bahwa tidak semua anak mampu membeli pensil 2b asli karena keterbatasan ekonomi. Aaah....miris hatiku jadinya......beruntunglah anak-anak yang masih dapat memiliki peralatan sekolah yang memadai.

Ketika aku beranjak pergi meninggalkan sekolah aku hanya bisa terdiam sambil mataku menerawang menatap jalan yang sepi. Betapa 'Mahal' harga yang harus mereka bayar demi mengenyam pendidikan. Berjalan kaki di tengah terik matahari dan derasnya hujan. Belajar dengan sarana serta pra-sarana yang seadanya. Semoga saja mereka tetap bisa tersenyum meski terasa getir. Semoga saja dengan pendidikan dapat mengubah keadaan hidup mereka menjadi lebih baik lagi. Semoga Allah mengangkat derajat mereka yang gigih menuntut ilmu ke tingkat yang lebih baik lagi....amiin....

-rf-

Tidak ada komentar: