Jumat, 26 Desember 2008

SERBA AQ!!!!



Berusaha eksis di setiap kesempatan dan diabadikan dalam bentuk yang kongkrit agar dapat menjadi bukti jika kelak mendongeng ke anak cucu hehehehehehehehe.

-rf-

Kamis, 25 Desember 2008

NO REGRET!!!

Jum'at, 26 Des. 2008

Tak terasa hampir sampai aku di penghujung tahun 2008. Waktu berjalan begitu cepat seolah berlari hendak mengejar segala ketertinggalan. Terbersit sebuah tanya di benakku: "Apa saja yang sudah ku alami selama setahun ini?".....
Jawabannya ada begitu banyak hal yang ku alami sepanjang tahun 2008 ini. Baik itu di perkuliahan, pertemanan, kegiatan sosial, kehidupan pribadi, dan masih banyak lagi yang tak perlu ku sebutkan satu persatu di sini.
Perasaanku kala mengingat semua campur aduk jadi satu. Ada perasaan bahagia, senang, bangga, bersyukur, sedih, terpuruk, merasa diabaikan, tersakiti, dsb. Aku merasa menjadi 'kaya' dengan keragaman itu.
Apapun yang terjadi pada diriku, aku meyakini bahwa semua terjadi atas kehendakNya. Ada kalanya aku menerima anugerah berbuah senyum di wajah, namun ada kalanya Dia menegurku dengan derai air mata.
Semua merupakan bagian dari proses hidup and i have NO REGRET!!!
I shall leave all the past behind and live at present. Making plans for the future but stay focus at present (",)
Have a wonderful life to all of you (^_^)

luv
-rf-

Sabtu, 20 Desember 2008

BERDAMAI DENGAN DIRI SENDIRI

Menggapai masa depan yang lebih cerah dan lebih baik sepertinya hampir menjadi tujuan hidup setiap orang di dunia. Kilasan mimpi kehidupan yang sukses di masa yang akan datang mungkin beberapa kali pernah hadir menyapa kita. Seolah hal tersebut begitu nyata dan keberhasilan itu begitu dekat dan dalam sekejap semua mimpi menjadi nyata. Betapa indah terasa….
Namun, ketika kita menengok diri saat ini nampaknya hal tersebut menjadi hal yang hampir mustahil untuk dapat terwujud. Dalam benak kita mucul berbagai pertanyaan mengapa keraguan ini begitu kuat menghantui meski kita merasa sudah mengerahkan segenap tenaga tuk mengenyahkannya dari kehidupan namun keraguan itu justru semakin kuat mengusik. Ada apa gerangan??? Darimanakah keraguan ini berasal??? Dapatkah ia menyingkir tuk selamanya???
Setiap orang memiliki latar belakang yang berbeda. Pengalaman hidup yang pernah dijalani pun unik bagi masing-masing individu. Tak pernah ada yang mengalami pengalaman hidup yang sama persis –hanya ada beberapa kesamaan secara umum namun berbeda secara detil-. Secara garis besar dapat kita kategorikan pengalaman hidup itu menjadi KEBERHASILAN atau KEGAGALAN.
Keberhasilan adalah saat dimana kita dapat mencapai apa yang kita inginkan dan perasaan yang akan timbul tentulah kegembiraan serta kebahagiaan. Sedangkan kegagalan adalah saat dimana kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan atau keadaan tidak berjalan sesuai dengan harapan kita. Kedua keadaan ini pada dasarnya hanya akan berlangsung sementara tetapi dampaknya mungkin akan terus terasa dan berpengaruh bagi hidup kita.
Keberhasilan akan menumbuhkan rasa percaya diri dan keyakinan bahwa kita mampu untuk meraih mimpi dan cita-cita. Pola pikir positif juga akan terbentuk dengan sendirinya dan memacu diri untuk menjadi lebih baik. Sementara kegagalan akan meninggalkan ‘luka’ di hati jika kita berusaha menyangkal dan menutupi tanpa mau mengakuinya terlebih dahulu bahwa kita memang pernah gagal namun itu tidak menjadikan hidup kita berakhir tuk selamanya. Kita cenderung membiarkan ‘luka’ itu tersembunyi daripada memulihkannya, kita lebih memilih tuk bersikap seolah ‘luka’ itu tidak ada.
Jika saja kita mau menyadari bahwa sebagai manusia kita adalah makhluk yang jauh dari sempurna. Ada kalanya kita berbuat salah dan gagal dalam sesuatu, it’s very human. Karena kegagalan yang pernah kita alami tidak menjadikan kita sebagai pecundang seumur hidup. We don’t play victim unless we choose to be one. Suka atau tidak kita turut andil atas kegagalan yang pernah kita alami. Akui itu dan maafkan diri sendiri atas kegagalan yang menimpa dan teruslah melangkah.
Tanpa sadar kita mungkin menciptakan hambatan bagi diri sendiri hingga kita sulit tuk mewujudkan cita-cita yang seolah telah tampak di depan mata menanti tuk segera kita raih. Maafkan kegagalan yang telah terjadi dan berdamailah dengan diri sendiri. Kini adalah saatnya untuk memberikan usaha terbaik dan menjadikan masa depan menjadi lebih baik .

Sabtu, 20 December 2008
-rf-

Selasa, 09 Desember 2008

KISAHKU HARI INI…..

Mataku rasanya beraaaaat……sekali! Ingin segera terpejam tapi aku ingin berbagi kisah dulu dengan kalian semua sebelum aku terlelap. Berbagi perasaan campur aduk yang kurasakan saat ini. Agar nantinya aku juga dapat memetik hikmah dari berbagai peristiwa yang ku alami hari ini.
Bangun tidur kesiangan jadilah begitu sadar dah nyaris 5.30 aku langsung loncat –pengennya sih salto biar keren- dari tempat tidur. Bisa telat nich!!! Itu tidak boleh terjadi karena hari ini jadwal praktik konseling di kelasnya bu Anizar  beliau sebetulnya baik dan enak ngajarnya cuma jadi takut salah aja kalo di depan beliau.
Sekitar pukul 6 lebih 15 menit aku meluncur dari rumah dengan jantung kebat-kebit, bingung mikirin nanti mau ngomong apa pas sesi konseling. Sebetulnya bukan bingung mau ngomong apa tapi lebih tepatnya takut diomongin apa sama si ibu dosen :P akhinrya aku menghibur diri dengan mendengarkan radio. Sepanjang jalan ketawa-ketiwi sendiri karena celetukan penyiar yang dah gak punya urat malu :P
Pas sampe jalur busway arah proklamasi, jalanan mulai padat. Emang biasa gitu juga sich tapi pagi tadi mobilku sempat mati sebentar sebelum pada akhirnya nyala lagi. Ada rasa khawatir juga plus deg-degan di hatiku sambil bertanya dalam hati: “Ada apa ya??? Kok jadi gak konsen lagi…. ” ku tepis semua ragu dan bertekad untuk fokus pada kegiatan hari ini. Perlahan aku mulai memasuki jalan Diponegoro. Speedometer ku menunjukkan angka 40km/h, perasaanku baik-baik saja. Dari kejauhan ku lihat sebuah sepeda motor melaju ke arahku, ini jelas melanggar aturan lalu lintas karena jalan yang ku lalui berlaku satu arah. Timbul perasaan aneh di hatiku….ku lihat sepeda motor itu menabrak seorang pejalan kaki….akibatnya oleng dan dengan kecepatan tinggi dia menabrak sisi kanan mobilku sebelum akhirnya jatuh mencium aspal. Aku kaget! Tak mampu bersuara, lututku lemas dan tanganku gemetar….ku lihat dari spion si pengendara motor bangkit sambil memarahi si pejalan kaki. Aku marah sekali melihat hal tersebut!!! Sudah jelas dia yang salah eh malah dia yang marah-marah.
Aku memutuskan untuk masuk ke halaman kampus. Aku terdiam sesaat berusaha keras mengambil keputusan apa yang akan ku lakukan berikutnya. Di pikiranku muncul wajah daddy, mama, mas, nana, dieni, linda, dan si pengendara motor. Perasaanku campur aduk antara bingung, kaget, takut, dan marah. Akhirnya aku ber-istighfar…lalu ku telfon nana. Tak lama nana, dinda, linda menghampiriku ke mobil. Pikiranku kacau!!! Aku panik membayangkan reaksi mama dan daddy jika tahu kejadian ini. Akhirnya ku telfon pihak asuransi dan membuat laporan via telfon sekaligus ku katakan aku akan mengurus langsung klaimnya ke kantor pusat Garda Oto di jl. TB Simatupang. Daddy juga sudah ku telfon dan ku pesan agar tidak mengatakan apa-apa ke mama, biar nanti aku saja yang memberitahu langsung. Ketika aku sedang menelfon asuransi, dari kejauhan ku lihat seorang wanita paruh baya bergaya parlente turun dari mobil di depan lobby kampus. Gosh!!! She has arrived….dosenku dah datang…makin kalutlah pikiranku .
Tuntas menelfon akupun lekas naik ke lt.9 karena aku yakin kelas pasti sudah dimulai. Aku tidak boleh terlalu lama berdiam meratapi nasib. Aku harus melanjutkan aktivitasku hari ini. Perlahan aku mulai menyusun rencana langkah yang akan ku tempuh, mulai dari menjalani praktek konseling, lalu pulang ke rumah tuk mengambil surat-surat mobil, menyampaikan ke mama tentang apa yang terjadi padaku pagi tadi, mengurus klaim ke Simatupang, mengurus mobil di bengkel, menunaikan titipan transfer kartu kredit daddy. Belum apa-apa rasanya sudah lemas duluan….
Saat praktek pun dimulai. Aku baru sadar kalau aku tidak membawa perlengkapan untuk merekam. Belum lagi persiapan pertanyaan yang akan ku ajukan selama proses konseling berlangsung. Alhamdulillah OPku si nana jadi aku tidak terlalu tegang selama berada di ruang praktek. Saat praktek aku membayangkan wajah ibu dosen yang sedang memperhatikan dengan wajah berkerut lewat kamera yang sudah terpasang di ruangan tempatku berada. Setelah selesai sesi pertama, aku kembali ke kelas dan mendapat feedback. Setelah itu aku kembali melanjutkan sesi konseling sekaligus mengakhirinya. Fiuuh….rasanya lega sekali ketika si ibu dosen mengatakan bahwa klien ku sudah mendapat insight. Ya iyalah….secara emang udah diatur begitu :P
Setelah mendapatkan izin aku pun meluncur pulang. Sepanjang jalan aku berupaya mengumpulkan keberanian untuk bertemu dengan mama dan menatap wajahnya serta menyampaikan apa yang telah terjadi. Sudah terbayang wajah dingin mama yang selalu mampu meluluhlantakkan hatiku. Intinya aku takut 
Rumah tampak lengang ketika aku sampai. Perlahan aku masuk ke rumah dan perasaanku mengatakan bahwa mama sedang tidur. Benar saja, ternyata mama sedang tertidur lelap namun ia sempat bangun sebentar membukakan pintu kamar untukku lalu ia kembali terlelap. Alhamdulillah….sedikit lega aku pun memutuskan tuk menunaikan sholat terlebih dahulu agar lebih tenangkan hatiku. Selesai sholat aku mulai mengendap-endap masuk ke kamar mama dan beraksi mengumpulkan kelengkapan surat mobil. Meski sudah berusaha sesunyi mungkin namun tetap saja pada akhirnya mama terbangun .
Prediksiku lumayan tepat. Wajah cantik mama jadi berkerut menahan amarah begitu ku ceritakan apa yang terjadi dengan mobil pagi ini. Meski sudah menduga sebelumnya namun tetap saja jantung kebat-kebit waktu melihat ekspresi mama yang super duper sengit!!! Sedikit terburu-buru aku pamitan dan segera meluncur menuju kantor pusat asuransi di jl.TB Simatupang. Mama sempat mau mengantar tapi aku tak tega mengajaknya karena sudah dapat dipastikan proses ini akan memakan waktu cukup lama dan membutuhkan energi yang cukup besar.
Proses pengurusan klaim tidaklah sesulit seperti yang ku bayangkan. Begitu datang aku langsung disambut oleh satpam yang ramah lalu aku diantar ke bagian costumer service untuk membuat laporan tertulis sekaligus melengkapi surat-surat yang dibutuhkan. Dilanjutkan dengan sesi foto-foto bagian yang rusak dan akhirnya keluarlah Surat Perintah Jalan (SPJ) bagi bengkel yang ditunjuk guna memperbaiki kerusakan mobilku .
Fiuuh……setelah seharian mengurus klaim asuransi, tubuhku serasa luluh lantak. Mataku begitu berat seolah digelayuti barbell yang beratnya 5 kg!!! (Lebay banget tata bahasanya :p). Walhasil selepas sholat Isya aku terkapar dan terlelap hingga pagi menjelang.
Begitulah kisahku hari ini…..sungguh sangat menegangkan dan nyaris membuat kepala ini hancur berkeping-keping…..oia, sewaktu berada di jalan tol menuju kalimalang hujan deras dan dari kejauhan aku melihat sesuatu yang begitu indah….Subhanallah,…aku melihat pelangi!!! Terima kasih ya Allah…atas segala hal yang telah ku alami hari ini….semoga semakin hari aku bisa menjadi orang yang lebih baik. Amiin…
Kamis, 27 November 2008
-rf-

Sabtu, 22 November 2008

MOVIE REVIEW: BODY OF LIES



Film yang dibintangi oleh Leonardo DiCaprio dan Russel Crowe ini mengambil setting situasi perang di Timur Tengah khususnya Irak. Roger Ferris (Leonardo DiCaprio) adalah seorang agen intelijen AS yang ditugaskan untuk menemukan pemimpin kelompok gerilya bernama Al Saleem yang merupakan otak dari berbagai peristiwa bom bunuh diri yang terjadi di benua Eropa. Ferris digambarkan sebagai sosok agen intelijen yang cerdas dan telah teruji mampu bertahan di tengah situasi yang semakin memanas di Timur Tengah.
Dalam menjalankan misinya Ferris selalu menjalin kerjasama dengan penduduk lokal. Bertahun-tahun bertugas di Timur Tengah membuat Ferris mengalami pergulatan batin antara menjalankan tugas Negara atau membantu meringankan penderitaan mereka yang menjadi korban perang dan menginginkan kedamaian. Selama menjalankan tugas, Ferris selalu memberikan laporan kepada Ed Hoffman (Russel Crowe) seoarang atasan ambisius yang berambisi menduduki jabatan tertinggi CIA dengan memanfaatkan situasi perang di Timur Tengah. Lewat sambungan satelit Ferris selalu melaporkan perkembangan misi yang tengah dijalaninya kepada Hoffman yang berada di kantor pusat CIA di Langley, Virginia.
Perjalanan Ferris guna menemukan dan menangkap Al Saleem dengan menggunakan perpaduan teknologi serta teknik intelijen membuat film ini terasa semakin memukau. Kecanggihan teknologi membuat segala sesuatu yang tak mungkin jadi mungkin untuk dilakukan. Mengawasi setiap jengkal wilayah dalam situasi perang yang genting menjadi mudah dengan bantuan satelit, seperti halnya menonton program televisi dalam layar besar. Pada akhirnya kegigihan dan pengorbanan Ferris membuahkan hasil. Al Saleem berhasil ditangkap di akhir cerita.
Ketika menyaksikan film ini ada rasa marah mengusik relung hatiku yang terdalam. Marah karena dalam film ini tokoh antagonis digambarkan sebagai seorang muslim yang shaleh dan cerdas sekaligus merupakan pembunuh berdarah dingin. Seolah terorisme lekat dengan Islam. Meski kelicikan agen intel AS juga dibongkar habis namun itu tidak mengubah garis besar cerita Islam sebagai agama yang identik dengan kekerasan serta aksi terror.
Akting Leonardo DiCaprio patut diacungi jempol. DiCaprio mampu menghidupkan tokoh Ferris sebagai agen intel yang cerdas. Dialog dalam bahasa Arab nampaknya tidak menjadi suatu masalah baginya. Semakin hari DiCaprio semakin menunjukkan kematangannya dalam seni peran. Acungan jempol dariku !!!
Selamat menonton!!!!!!!!!!!!!!!!!!

PS: thanks 2 ms.Laura who has recommended this movie 2 me ^_^

22 November 2008
RF

Minggu, 16 November 2008

SABTU KELABU

Sejak sehari sebelumnya aku sudah mempersiapkan segala keperluan yang akan ku gunakan pada sesi latihan hari Sabtu di STIKES Medistra. Rencananya aku akan melatih bersama Ntip di sana. Akhirnya setelah hampir 2 tahun aku vakum dari rutinitas latihan aku akan kembali menjalani latihan yang meski menguras tenaga namun terasa menyenangkan .
Cuaca agak mendung saat aku beranjak pergi. Sempat terbersit rasa ragu di hatiku namun segera ku tepis mengingat janji tuk melatih bersama ini sudah dibuat sejak beberapa bulan yang lalu. Aku tak sampai hati untuk membatalkan dan membuat Ntip kecewa. Selain itu rencananya setelah selesai melatih akan ada acara nonton bareng bersama teman-teman yang lain . Wah….rasanya tak sabar hati ini ingin berkumpul dan bercanda ria bersama teman-teman yang sudah lama tak ku jumpai.
Tepat pukul 10 aku mengganti pakaianku dengan seragam Taekwondo kesayanganku. Tak lupa ku kenakan sabuk hitam pinjaman dari Ntip –karena sabuk hitamku menghilang entah kemana. Ada kepuasan dan rasa bangga ketika bisa kembali mengenakan seragam putih itu . Aku merasa memiliki kekuatan. Aku cukup bersemangat dan memulai sesi latihan dengan berlari-lari kecil di dalam ruangan untuk pemanasan. Setelah itu Ntip mendaulat aku untuk memimpin stretching di depan murid-murid yang lain. Sampai saat itu aku merasa baik-baik saja dan tidak merasakan tanda-tanda sakit kecuali di beberapa bagian otot yang sudah lama tidak mengalami peregangan.
Stretching pun selesai dan aku kembali mendaulat Ntip tuk mengambil alih instruksi dariku. Dan rasa bangga itu pun kembali hadir berbuah senyuman bahagia di wajahku. Aku tetap bersemangat seperti di awal, keringat pun mulai bercucuran di tubuhku. Aku merasakan kesegaran yang sudah lama tidak ku rasakan . Aku semakin bersemangat melakukan beberapa gerakan tendangan dasar seperti apchagi dan dolyo-chagi.
Sampai ketika secara tiba-tiba aku merasa mulai kehilangan penglihatan. Keadaan seperti buram di hadapanku, rasa mual menyeruak ulu hatiku menimbulkan rasa takut pada diriku. Takut kalau aku tidak akan dapat terjaga lebih lama dan kehilangan kesadaran. Aku mencoba bersikap tenang dan berjalan perlahan ke arah Ntip yang tengah memberikan instruksi di bagian tengah ruangan. Aku katakan padanya aku ingin keluar sebentar dan ia menganggukkan kepala tanda setuju.
Kepalaku semakin terasa pening, peluhku mulai terasa dingin, tubuhku gemetar, aku mulai kehilangan kendali. Aku harus berbaring!!! Hanya itu yang ada di benakku saat itu. Aku hendak mengambil kunci mobil namun saraf-saraf di otakku sudah mulai tidak sinkron sehingga aku pun tidak dapat menyelaraskan pikiran dengan perilaku ku. Maksud hati hendak mengambil kunci namun yang ada di genggaman tanganku adalah handphone.
Rasa takut semakin kuat dan aku pun hanya bisa terdiam di atas kursi. Aku berteriak memohon pertolongan namun tenggorokanku tercekat dan bibirku menjadi kelu. Hanya bisa duduk terdiam dengan rasa takut yang semakin menjalari seluruh tubuhku. Aku mendengar suara-suara bernada khawatir yang menanyakan keadaanku tapi apalah daya aku tak mampu memberi respon apapun. Aku bisa mendengar Ntip memanggil-manggil namaku dan beberapa murid menawarkan kamar mereka agar aku bisa beristirahat tapi aku sudah kehilangan kendali. aku hanya bisa diam.
Aku merasa tubuhku melayang dan sesaat aku merasa seperti akan pergi jauh. Aku merasa seperti dekat dengan kematian. Aku menjadi sangat takut namun tak bisa berbuat apa-apa selain berharap Dia akan tetap menjagaku dan memberiku kesempatan tuk tetap hidup. Aku bisa merasakan tubuhku semakin lemah hingga membutuhkan 2 orang untuk menyangga tubuhku. Aku hilang kesadaran.
Aku sangat berterima kasih pada murid-murid ku yang telah menolongku, terutama Mey dan Indah yang setia menemani hingga aku sepenuhnya sadar. Alhamdulillah aku masih dapat hidup dan menghirup udara segar di pagi hari. Tubuhku semakin lemah dan aku harus bekerja keras untuk memperbaiki kondisi tubuhku jika masih ingin melihat mentari bersinar dengan indah di ufuk timur.

Ahad pagi
16 November 2008
In my quite bedroom
-rf-

Rabu, 12 November 2008

SEKEDAR MEMBERITAHU


Mo tau gak apa hal yang paling melegakanku selama menjalani kuliah yang padat dan melelahkan ini??! Dukungan dari orang-orang terdekat jawabannya. Orang-orang terdekat mulai dari mom and dad yang caring, adik cowok yang lagi berkutat dengan masa pubernya sehingga sering memunculkan perilaku ‘ajaib’ tapi masih merelakan diri tuk mendengarkan ceritaku, teteh dan keponakan yang jarang ketemu hingga buat hati ini kangen luar biasa, si mas yang seru buat diajak berantem, duo cewek tengil dengan ciri khasnya yang suka gak jelas (hihihihi…..duo cewe ini inisialnya N sama D).
Mo tau gak apa yang membuat aku bisa bertahan dengan segala tugas yang buat kepala jadi pusing dan seakan mo pecah?!? Pikiran positif setiap aku pertama melangkahkan kaki di pagi hari  Positif memikirkan menu apa yang akan ku santap untuk makan siang bersama dengan teman-teman yang lain. Percaya gak percaya, pikiran inilah yang membuat aku bersemangat dan mampu bertahan di kelas menanti saat makan siang .
Mo tau gak apa yang bisa membuat aku betah berlama-lama di kelas?!? Bercengkrama dengan teman-teman senasib sepenanggungan. Teman-teman yang sama-sama punya ciri khas kantung mata di wajah ketika deadline tugas hampir tiba atau bahkan sudah lewat. Teman-teman yang ‘sibuk’ merencanakan kesuksesan di masa depan meski belum tentu terealisasi. Teman yang suka bangga dengan kekayaan tapi gak sadar kalo semakin dia pamer justru semakin memberi alasan bagi teman-teman yang lain tuk ngetawain dia lebih keras. Teman-teman yang kemana-mana selalu membawa perut yang meng’gelembung’ karena terisi cikal bakal manusia alias hamil (lucu kalo ngeliat kelas ada ibu-ibu hamil jadi serasa kelas senam hamil bukan kuliah ….HaG3!!!).
Mo tau gak kenapa aku nulis semua hal ini?!? Cuma sekedar kasih tahu aja apa yang ada di otakku sekarang ini. Yang mo baca ya silakan…..bagi yang menyesal setelah membaca karena kecewa dengan isinya ya mohon maaf namanya juga iseng…hihihihihi……..
Mo tau gak kenapa tulisannya cuma sampai sini aja??!!! Ya karena dah ngantuk makanya cukup sekian. Have a great life!!!!

Nov.12th, 2008
-rf-

Minggu, 26 Oktober 2008

PAGI YANG INDAH (n_n)

Sejak ba'da shubuh tak ku biarkan mata terpejam kembali. Ku katakan pada diri sendiri; "Hey rika, time is running out so HURRY UP!!!" yup! tinggal beberapa hari lagi menuju deadline laporan kasus mayor. Ku pacu diriku tuk berhadapan dengan tumpukan laporan yang belum ku selesaikan.
Selang 15 menit, mataku mulai ngadat! tapi tak ku biarkan hal itu menghambatku.
Ku ingat satu hal, aku harus mengantarkan laporan hasil psikotes ke sekolah di dekat rumahku. Aku bergegas bersiap2 dan memacu motorku secepat mungkin agar tiba di sekolah sebelum pukul 7.30. Setibanya di sekolah, murid-murid sudah berkumpul dengan pakaian seragam olah raga karena di hari ini mereka akan berenang. Wah......SEGARnya.......!!!! Andai aku bisa ikutan :-)
Baru saja aku turun dari motor, suara kecil itu menyapaku: "Miss Rikaaaa........" ku dapati Indah, muridku ketika aku masih jadi pengajar di sana menyapaku dengan riang. Kami pun sempat berbincang sebentar dan sebentar itu sudah lebih dari cukup tuk menorehkan kebahagiaan di relung hatiku yang gersang menanti hujan yang tak kunjung datang. Seketika kerinduan menyergapku......kerinduan akan kehangatan kasih sayang tulus dari murid-muridku di sana......
Saat aku beranjak pergi pun, ku lihat wajah-wajah mungil Farhan, Badi, Qisthi, Indah...melambaikan tangan melepas kepergianku.......
Subhanallah.....pagi yang indah (n_n)
Hope it will last forever........

27 Agustus 2008
-rf-

Senin, 20 Oktober 2008

NOBAR (NOnton Bareng mARtabaters)

Sudah sebulan ini hatiku gundah gulana menahan resah karena sebuah ingin yang belum jua dapat terwujud jadi nyata. Keinginan sederhana yang karena beberapa hal menjadi tertunda hingga saat ini. Aku ingin dapat menyaksikan film LASKAR PELANGI (LP) bersama Martabaters, especially adik-adik…..
Sejak pagi senyum di wajahku kerap muncul meski tak ku undang  aku bahagia karena kemungkinan besar hari ini aku akan menonton LP bersama Martabaters. Jika ahad yang lalu acara nonton bareng terpaksa batal atau lebih tepatnya ditunda karena kehabisan tiket, maka hari ini aku yakin 110% (tambah 10% biar kesannya yakin banget!) kalau acara nonton bareng akan terlaksana .
Alhamdulillah kepastian terlaksananya acara ku dapatkan sekitar pukul 10:59 lewat sms dari mba mel. Senyumku makin betah berlama-lama di wajahku yang dah mulai kusut karena kepanasan :p Waktu menjadi lebih cepat berlalu dan adzan dzuhur pun tiba menandakan datangnya waktu sholat sekaligus berakhirnya waktu belajar adik-adik di Mabes. Hatiku bergumam….”Asyik…..bentar lagi aku bisa liat aksinya Ikal cs ”
Teriknya sinar matahari menerpa di wajahku tak ku pedulikan. Dengan riang ku langkahkan kaki menuju perhentian angkot di ujung jalan. Dengan menumpang angkot aku dan Martabaters lainnya tiba di Slipi Jaya sekitar 15 menit sebelum film diputar. Makin semangatlah aku 
Film pun diputar sesaat setelah aku memasuki studio 3. Duduk di sebelah ku adalah Bagas, salah satu adik YM yang turut andil dalam mengusahakan terwujudnya acara nonton bareng hari ini. Aku sempat berterima kasih atas usahanya yang sudah mengantri tiket sejak pagi  Setelah percakapan pendek itu kami kembali terpaku pada film LP yang tengah diputar di hadapan kami.
Cerita luar biasa mengenai perjuangan anak-anak SD Muhammadiyah Gantong, Belitong ini memang sudah lama ku tunggu-tunggu kehadirannya di layar lebar. Aku berada di persimpangan antara penasaran dengan visualisasi dari novel yang berjudul sama, juga perasaan takut kecewa karena harapan yang terlalu tinggi terhadap film tersebut.
Secara umum film itu masuk kategori bagus dan mendidik  tutur kata melayu serta latar pemandangan indah alam Belitong semakin mempercantik film yang konon sudah disaksikan oleh sekitar 1,5 juta penduduk Indonesia. Soundtracknya pun enak terdengar di telinga. Ceritanya pun menyentuh relung kalbu para pecinta film Indonesia yang menyaksikan film ini.
Kisah tentang 10 anak yang dijuluki Laskar Pelangi oleh guru yang biasa mereka sapa bunda guru dalam menjalani hari-hari mereka sebagai siswa (nyaris) angkatan terakhir SD Muhammadiyah, Gantong. Ketulusan Ibu Muslimah mengharubirukan perasaanku. Perkataannya bahwa anak miskin pun berhak untuk belajar semakin membakar semangatku untuk memperjuangkan hal yang sama dengan caraku sendiri. Filosofi hidup Pak Harfan yang memberikan sebanyak-banyak yang ia bisa dalam hidup kepada siswa-siswanya seolah mampu menggambarkan kecintaannya kepada murid-muridnya.
Wajah lucu Mahar yang suka angguk-angguk ketika sedang mendengarkan radio. Rambut ikal si Ikal serta kejeniusan Lintang turut berkontribusi dalam mewarnai kisah ini. Bu Muslimah yang begitu lembut dan bersahaja. Sampai dengan tokoh Pak Ma’mun yang naksir berat Bu Muslimah tapi selalu dicuekin oleh yang ditaksir. Lucu lah dan lumayan enak ditonton buat bursting semangat juga buat menghibur diri dengan berbagai kekonyolan yang ditampilkan.
Ketika film sampai pada adegan di mana Lintang hendak mengucapkan perpisahan bersama dengan teman-teman yang lain seolah meninggalkan perih di hatiku. Betapa berat tuk menanggung beban keluarga bagi anak seusia Lintang. Adegan ketika Lintang mengendarai sepedanya perlahan pergi meninggalkan Bu Muslimah dan anak-anak yang lain sungguh telah melarutkanku dalam kesedihan yang mendalam. Melihat Ikal berlari mencoba mengejar sahabat yang pergi meninggalkannya seorang diri berderai air mata. Tanpa terasa air mata mulai menetesi kedua pipiku. Dan pada akhirnya film diakhiri dengan adegan ketika Lintang menerima kartu pos Ikal yang dikirim dari Perancis. Mimpi Ikal terwujud menjadi nyata, mendapatkan beasiswa kuliah di Perancis.
Belum kering air mataku ketika Bagas yang sedari tadi duduk di samping ku mengeluarkan komentar: “Filmnya bagus ya ka! Sedih….” Ujar Bagas dengan raut wajah khasnya. Akupun meng-iyakan pendapat Bagas tersebut. Aku lega karena aku beranggapan bahwa Bagas turut merasakan apa yang kurasa. Hebat Bagas mampu memahami inti dari film LP yang baru saja selesai kita tonton. Aku kagum padanya.
Saat hendak beranjak dari bangku menuju pintu keluar studio, Bagas menoleh ke arahku dan meluncurkan sebuah pertanyaan yang melunturkan semua asumsi ku yang baru saja selesai ku buat. Dengan polosnya dia bertanya: “Jadi sebenarnya yang ke Paris itu Ikal apa Lintang, kak???!!!?” Aku tak mampu menahan tawaku….semua perkiraanku salah. Ternyata Bagas masih bingung dengan jalan cerita LP :-D kepolosan yang tulus hingga meninggalkan jejak kenangan indah dalam memoriku bersama Martabaters .
Berbagai macam kesan unik adik-adik semakin menambah seru suasana hatiku di hari itu. Ada Bagas dengan kepolosannya, Sahl yang tidak sungkan memperlihatkan wajah bingungnya, Chika yang terlihat begitu meresapi jalan cerita LP, Anah dan Rini yang senyum-senyum selesai nonton, Komar dengan mata bengkaknya (itu karena dia sempat tertidur di pertengahan film). Dan masih banyak lagi keunikan yang tak sanggup tuk ku tuliskan di sini. The bottom line was I really had a good time with all of them .
Syukur Alhamdulillah acara ini dapat berjalan dengan lancar. Dan terima kasih juga kepada para donator mba Ina, mba Reni, mba Liba, dll atas ketulusannya hingga senyum bahagia pun dapat kembali terlukis di wajah adik-adik yang kita sayangi . Thank u 4 everything!!!

Sunday, October 19, 2008
-rf-

Kamis, 09 Oktober 2008

MANTIF SUPPORT GROUP

Every once in two weeks I always spend my time in a comunity called Mantif Support Group. This is the place where I can share all my feelings and thoughts without hesitation or fear of being judged by others. The meeting only take two hours of my leisure time but its benefit helps me through the rest of my time.
It’s a small group contains 4-5 persons, sometimes less but its quality worth more than that. We usually start the meeting by CHECK FEELING session. Everyone in group share what they feel at present and after that a short note will be read by the facilitator of the group. Then the SHARING TIME begins  at this part everyone is free to tell everything wether it has something to do with the theme or not.
Exploring your feeling can help you to find the reason beneath almost all things that has happened in your life. No one says it’s going to be easy. The process takes out your energy but it will soon refilled once you get to know yourself deeper. In the end your awareness will be increased.
The last session is THE INSIGHT MOMENT. Everyone tells again their latest feeling and what insight they’ve got from the meeting. From here we learn so many things about life. Know ourselves better and accept as the way we are. Life has become much easier than before after the meeting. I’ve always looking forward for the next meeting 

Bekasi, September 28,2008
-rf-

BELAJAR DARI MBA MEL


Sosoknya semampai dengan kulit putih halus serta wajah teduh yang senantiasa menebarkan senyum membuat siapapun yang bertemu dengannya merasa bahagia. Pakaian yang sederhana dan sikap yang bersahaja akan membuat kita segan sekaligus senang berinteraksi dengannya. Dialah mba mel, salah satu pendiri Yayasan Martabat yang bermarkas di Tambora –salah satu wilayah kumuh di Jakarta.
Perjuangannya yang tak kenal lelah dalam mempertahankan keberlangsungan pendidikan anak-anak asuhnya sungguh membuat hatiku gerimis. Kepedulian yang tak hanya tertuang lewat untaian kata namun terurai jelas dalam aksi yang nyata. Kegigihan mencari dana, mengayomi anak-anak di setiap waktu luang yang ia punya, hingga ketulusan itu seolah terpatri dalam sanubari.
Pertama kali mengenalnya aku langsung merasa nyaman dengannya. Seolah hati kita sudah tersambung sebelumnya. Ada rasa kagum melihat ketulusannya kala bersama dengan adik-adik Martabat. Kasih sayang itu begitu indah terbingkai dalam wujud nyata seorang mba mel.
Di antara begitu banyak tanggung jawab yang harus dipikulnya, namun ia tak pernah melupakan wajah-wajah mungil penuh harap di Tambora sana. Mba mel begitu sabar merenda hari merawat ayah yang sedang menjalani terapi akibat terserang stroke yang ke-3 kalinya. Bersama ibu yang begitu setia mendampingi keluarga….. Subhanallah….potret keluarga yang mengagumkan .
Dari mba mel aku belajar tentang makna ketulusan lewat kasih sayang yang dia berikan kepada adik-adik Martabat. Semangat tuk menuntut ilmu pun ku dapati dalam diri mba mel. Ya! Aku belajar dari mba mel  dan aku bersyukur kepada Sang Khaliq atas takdirNya sehingga mempertemukan ku dengan mba mel dan segenap Martabaters…. May I learn more about the meaning of life from them .

In my bedroom (8:58 pm)
27th of Ramadhan 1429 H
September 27, 2008

Kamis, 18 September 2008

PROSES PEMBELAJARAN

Dalam hidup, ketika kita akan melakukan suatu hal maka hanya ada dua kemungkinan yang akan terjadi; kesuksesan atau kegagalan. Kesuksesan dideskripsikan sebagai keberhasilan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dan mengatasi segala hambatan yang menerjang. Sedangkan kegagalan adalah saat dimana kita tidak mampu menyelesaikan suatu tugas karena ketidakmampuan diri dalam mengatasi hambatan yang datang selama masa penyelesaian tugas tersebut.
Setiap manusia pada umumnya menginginkan kesuksesan yang terwujud dan bukan kegagalan. Tetapi dunia bukanlah berada dalam kendali diri kita. Dunia selalu berputar seiring dengan iramanya, begitu pula kehidupan manusia yang selalu berputar. Ada kalanya kita berada di posisi puncak dan beroleh kesuksesan, serta akan datang masanya dimana kita berada di tempat terbawah dengan berbagai kegagalan yang mengiringinya. Semua itu adalah sunnatullah dan akan selalu berulang hingga akhir dunia.
Dari setiap hal yang terjadi, kita cenderung hanyut pada keadaan itu. Apakah kebahagiaan ketika ia datang menghampiri dengan segala suka cita yang mengiringi. Ataupun kesedihan dan duka yang hampir seiring sejalan. Ketika kita hanyut dan terbawa arus, maka sesungguhnya kita kehilangan hal terpenting dari semua itu. Kita kehilangan makna dan alasan mengapa peristiwa itu terjadi dalam kehidupan kita.
Makna dan alasan terjadinya suatu peristiwa hanya akan dapat kita temukan jika saja kita mau meluangkan waktu sejenak dan menelusuri alam pikiran kita dengan jiwa yang tenang. Ketika telah menemukannya maka kita akan semakin dewasa dan bijak dalam menjalani hidup. Itulah proses pembelajaran yang sangat berharga bagi setiap insan di muka bumi ini.

Kala hati gundah gulana
270708
-rf-

Rabu, 14 Mei 2008

PERBEDAAN PERSPEKTIF

Setiap manusia adalah individu yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Terdapat kekhasan pada diri masing-masing yang tak kan sama dengan individu yang lain. Sungguh beraneka ragam kepribadian manusia . Maha Besar ﷲ dengan segala kemampuanNya untuk menciptakan berbagai hal di dunia ini.
Keragaman manusia tidak hanya dalam wujud fisik saja, tetapi juga pola pikir mereka berbeda antara satu dengan yang lain. Dari pola pikir inilah manusia memiliki perspektif masing-masing yang sama beragamnya. Perbedaan perspektif pada akhirnya akan menghasilkan perilaku yang berbeda pula dalam mengatasi suatu masalah.
Dua orang yang berbeda maka dua perspektif yang berbeda pula. Meski berhadapan dengan situasi yang sama maka perilaku yang akan ditampilkan pun akan berbeda dengan sendirinya. Hal ini dapat terjadi pada anak kembar identik sekalipun.
Begitu pula yang terjadi pada satu tim yang terdiri dari beberapa kepala yang tentunya masing-masing memiliki pola pikir yang berbeda. Setiap kepala telah terisi dengan berbagai informasi yang didapatkan selama perkuliahan, yang sewaktu-waktu memori itu akan direcall ketika dibutuhkan oleh yang empunya kepala.
Repotnya ketika perspektif itu memiliki sudut yang tajam maka pandangan yang ditampilkan pun akan bersinggungan dengan pandangan lain yang berasal dari sudut yang tak kalah tajamnya. Friksi adalah satu hal yang sulit dihindari ketika hal ini berlangsung.
Setiap diri haruslah mampu mensintesakan bekal ilmu yang dimilikinya guna menghasilkan sebuah pandangan yang dengan kebijaksanaan dikemukakan kepada rekan lain hingga dapat ditemukan jalan keluar yang sebaik-baiknya. Menyesuaikan perspektif diri dengan perspektif orang lain adalah salah satu cara untuk menghindari friksi. Ditambah dengan sedikit kebijaksanaan serta keluasan hati untuk menerima perspektif orang lain maka hilangnya konflik merupakan suatu keniscayaan.
Nampak mudah dikatakan namum tak semudah pelaksanaannya. Tetapi bukan suatu hal yang mustahil juga untuk dapat menjadi suatu kenyataan. Terimalah kenyataan bahwa perbedaan perspektif akan selalu hadir seiring dengan keragaman manusia sebagai individu yang memiliki kekhasan tersendiri. Menerima perspektif orang lain bukanlah suatu pemakluman. Menerima adanya suatu perbedaan adalah sunnatullah. Selama diri memiliki argumen yang kuat dan sesuai dengan keilmuan yang terkait, maka tetaplah teguh dengan perspektif yang kau miliki. Tetapi ingatlah, bahwa keteguhan itu harus senantiasa diiringi dengan kebijaksanaan .

Late afternoon in my cozy bedroom
April 4, 2008
-rf-

Jumat, 15 Februari 2008

Keindahan Persahabatan


Ketika hari terasa begitu melelahkan
Ketika hati bagaikan tercekam
Setitik embun menghapus segala gundah
Dalam setiap detik persuaan
Terjalin ikatan yang tautkan hati nan merindu
Sahabat selalu mampu tepiskan duka
Sahabat kan lukis indah di wajah nan sendu
Sahabat adalah tempat dimana ku percayakan rahasia hati
Keindahan persahabatan kan terukir indah dalam bingkai kerinduan yang mendalam
Luv u all my dearest friends............
-rf-

Senin, 11 Februari 2008

KETERLAMBATAN BICARA (SPEECH DELAY)

Created By: Rika Fitriyana
Kemampuan berbicara dapat membantu anak dalam memenuhi kebutuhannya. Bicara diartikan sebagai bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Selain itu bicara merupakan perilaku membuat suara dengan menggunakan organ tubuh seperti paru-paru, mulut, lidah, gigi, dsb.
Sebagai alat komunikasi maka bicara memainkan peranan penting bagi perkembangan anak. Dengan bicara anak dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan serta sangat membantu dalam interaksi sosial yang dilakukannya. Ketika bicara mengalami keterlambatan maka hal ini akan mempengaruhi penyesuaian sosial dan pribadi anak.
 Pengertian Keterlambatan Bicara
Ketika anak tidak mampu berbicara seperti layaknya anak lain yang seumuran, maka anak ini dapat dikatakan mengalami keterlambatan bicara. Menurut Hurlock (2003) apabila tingkat perkembangan bicara berada di bawah tingkat kualitas perkembangan anak yang umurnya sama yang dapat diketahui dari ketepatan penggunaan kata, maka hubungan sosial anak akan terhambat sama halnya apabila keterampilan bermain mereka berada di bawah keterampilan teman sebayanya.
Secara umum, seorang anak dikategorikan mengalami keterlambatan bicara jika perkembangan bicaranya secara signifkan berada di bawah norma anak-anak yang seumuran dengannya. Anak dengan keterlambatan bicara memiliki perkembangan bahasa khas yang lebih muda dari usia kronologisnya; keterlambatan bicara anak mungkin saja terletak pada sekuen normal namun masih lebih lambat dari rata-rata. Untuk menentukan hal itu, maka harus memahami tahap perkembangan bahasa yang normal.
Anak dikategorikan mengalami keterlambatan bicara jika anak tidak mampu melakukan beberapa hal:
1. Mengucapkan kata yang sedehana secara jelas pada usia 12 s/d 15 bulan.
2. Memahami kata yang sederhana (seperti kata “tidak”, atau “jangan”) pada usia 18 bulan.
3. Berbicara dengan menggunakan kalimat pendek pada usia 3 tahun.
4. Menceritakan sebuah cerita singkat pada usia 4 s/d 5 tahun.
 Faktor - faktor Penyebab Keterlambatan Bicara
Secara etiologi keterlambatan bicara dianggap sebagai manifestasi dari berbagai gangguan, yaitu:
1. Retardasi mental menjadi penyebab keterlambatan bicara secara umum, terhitung lebih dari 50 % dalam kasus ini. Semakin tinggi tingkat retardasi mental anak maka semakin lambat dia dalam melakukan bicara yang komunikatif.
2. Kehilangan pendengaran pada usia awal perkembangan anak akan berdampak pada keterlambatan bicara.
3. Keterlambatan perkembangan disebabkan keterlambatan pada proses neurologis sentral yang dibutuhkan untuk melakukan perilaku bicara.. Kondisi ini biasanya terjadi pada anak laki-laki dengan latar belakang keluarga dengan sejarah keterlambatan. Prognosis anak semacam ini baik, biasanya mereka akan mengalami perkembangan bicara yang normal ketika memasuki sekolah.
4. Gangguan berbahasa ekspresif, anak dengan gangguan ini mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa di usianya. Anak-anak ini memiliki tingkat inteligensi yang normal, pendengaran normal, hubungan emosional serta kemampuan artikulasi yang baik. Penyebab utama dari gangguan ini adalah disfungsi otak sehingga anak tidak mampu untuk menerjemahkan ide ke dalam ucapan. Anak biasanya menggunakan bahasa tubuh untuk membantu mereka dalam mengekspresikan kemampuan verbal mereka yang terbatas. Anak dengan keterlambatan bicara akan mampu berkembang sesuai dengan usianya, sementara anak dengan gangguan berbahasa ekspresif tidak akan mampu berkembang tanpa intervensi. Anak dengan gangguan berbahasa ekspresif cenderung berkembang menjadi dyslexia. Karena gangguan ini tidak dapat disembuhkan sendiri, maka diperlukan intervensi yang bersifat aktif.
5. Penggunaan dua bahasa di lingkungan rumah dapat menjadi penyebab temporal keterlambatan bicara dengan onset pada dua bahasa tersebut. Pemahaman bahasanya berada di bawah anak-anak normal seusianya, tapi biasanya ini dapat pulih sebelum usia lima tahun.
6. Deprivasi psikososial terdiri dari deprivasi fisik (kemiskinan, lingkungan yang kumuh, malnutrisi) dan deprivasi sosial (stimulasi linguistik inadekuat, ketidakhadiran orang tua, stres emosional, pengabaian) memberi dampak pada perkembangan bicara anak.
7. Autisme adalah gangguan perkembangan neurologist, onset muncul ketika anak belum mencapai usia 36 bulan. Karakteristik anak autis ditandai dengan keterlambatan dan deviasi perkembangan bahasa, kegagalan untuk mengembangkan kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain serta perilaku kompulsif, termasuk stereotip aktivitas motorik yang berulang-ulang. Bicara anak autis lebih mirip bersenandung dan kurang jelas. Anak autis secara umum tidak mampu melakukan kontak mata, banyak tersenyum, sering merespon ingin dipeluk atau menggunakan bahasa tubuh untuk berkomunikasi dan perempuan. Autisme kebanyakan diderita oleh anak laki ketimbang anak perempuan.
8. Mutisme elektif adalah suatu kondisi dimana anak tidak dapat berbicara karena mereka memang tidak menginginkannya. Biasanya anak dengan kelainan ini hanya berbicara dengan keluarga serta teman-teman mereka saja, tapi mereka tidak berbicara ketika berada di sekolah, tempat umum, atau ketika berhadapan dengan orang asing. Kondisi ini lebih sering muncul pada anak perempuan dibandingkan pada anak laki-laki. Penyebab umumnya adalah psikopatologi keluarga dimana anak terlalu bergantung pada orang tua. Anak biasanya bersikap negatif terhadap lingkungan, pemalu, kaku, dan menarik diri. Gangguan ini bisa menetap selama berbulan-bulan atau bahkan bersifat menahun.
9. Aphasia reseptif adalah penurunan pemahaman bahasa yang diucapkan; kesulitan memproduksi kata dan keterlambatan bicara adalah konsekuensi dari ketidak mampuan ini. Anak yang mengalami aphasia reseptif biasanya memiliki bahasa tersendiri yang hanya dipahami oleh orang-orang yang terbiasa berinteraksi dengan mereka.
10. Cerebral palsy juga mengakibatkan anak mengalami keterlambatan bicara.
Banyak penyebab keterlambatan bicara, yang paling umum adalah rendahnya tingkat kecerdasan yang membuat anak tidak mungkin belajar berbicara sama baiknya seperti teman sebaya mereka yang kecerdasannya normal atau tinggi; kurng motivasi karena anak mengetahui bahwa mereka dapat berkomunikasi secara memadai dengan bentuk prabicara dorongan orang tua untuk terus menggunakan “bicara bayi” karena mereka mengira yang demikian “manis”; terbatasnya kesempatan praktek berbicara karena ketatnya batasan tentang seberapa banyak mereka diperkenankan bicara di rumah; terus menerus bergaul dengan saudara sekandung yang lebih muda atau saudara kembar yang dapat memahami ucapan khusus mereka dan penggunaan bahasa asing di rumah yang memperlambat bahasa ibu.
Salah satu penyebab yang tidak diragukan lagi paling umum dan paling serius adalah ketidakmampuan mendorong anak berbicara, bahkan pada saat anak mulai berceloteh, hal itu akan menghambat penggunaan kata-kata dan mereka akan terus tertinggal di belakang teman seusia mereka yang mendapat dorongan berbicara lebih banyak.
Kekurangan dorongan tersebut merupakan penyebab yang serius keterlambatan berbicara terlihat dari fakta bahwa apabila orang tua tidak hanya berbicara kepada anak mereka tetapi juga menggunakan variasi kata yang luas, kemampuan anak berbicara akan berkembang dengan cepat.
 Evaluasi Klinis
Latar belakang perkembangan anak memainkan peranan penting dalam mengevaluasi anak yang mengalami keterlambatan bicara. Dalam membuat diagnosa, latar belakang perkembangan anak yang tidak melakukan celoteh pada usia 12 sampai dengan 15 bulan, tidak memahami perintah sederhana pada usia 18 bulan, tidak berbicara meski usianya sudah mencapai 2 tahun, tidak mampu membuat kalimat pada usia 3 tahun, atau mengalami kesulitan untuk menyampaikan cerita singkat pada usia 4 sampai 5 tahun.
Patut diperhatikan jika bicara anak tidak sesuai dengan anak normal yang seumuran dengannya. Terutama jika bicara anak tidak menunjukkan makna yang tepat pada umumnya berlaku pada tahap perkembangan bicara anak. Penyebab umum keterlambatan bicara anak adalah kecenderungan retardasi mental pada anak.
Riwayat kesehatan juga harus memasukkan sejarah sakit yang pernah dialami ibu selama masa kehamilan, trauma sesudah kelahiran, berbagai infeksi, usia kehamilan pada saat kelahiran, berat lahir, penggunaan obat-obatan sebelumnya, latar belakang psikososial, cara berbicara kepada anak, serta riwayat anggota keluarga yang pernah memiliki keterlambatan bicara.
Ψ Intervensi
Intervensi yang dapat dilakukan guna mengatasi keterlambatan bicara ini adalah dengan memberikan terapi bicara secara rutin. Selain itu, orang tua pun dapat melakukan beberapa hal guna meningkatkan kemampuan anak dalam berbicara, yaitu:
 Bacakan cerita. Utamakan buku yang bergambar sehingga orang tua dapat menciptakan permainan menunjuk gambar serta memberi nama pada benda-benda milik keluarga.
 Gunakan bahasa yang sederhana ketika berbicara dengan anak dan minta ia untuk menjawab berbagai pertanyaan. Pastikan bahwa orang tua berbicara dengan penjelasan yang keras ketika menjelaskan tentang hal yang sedang dikerjakan kepada anak.
 Berikan respon sebagai penguat positif ketika anak berbicara.
 Ulangi dan perluas setiap anak mengucapkan sebuah kata atau frase menjadi sebuah frase atau kalimat yang lebih panjang.
 Bersabar dan memaafkan setiap kesalahan pengucapan yang dilakukan anak, beri ia kesempatan untuk mengucapkan apa yang ia maksudkan sebenarnya. Jangan paksa ia untuk berbicara terburu-buru.
 Jangan paksa anak untuk bicara dengan menahan sesuatu yang ia butuhkan hingga ia dapat mengucapkan keinginannya. Akan lebih baik jika anak menunjuk segelas air jeruk misalnya, katakan: ”Apa kamu mau minum jus?” atau ”Oh, kamu ingin mengambil gelasnya ya”, dll, lalu berikan benda tersebut kepada anak. Memaksa anak bicara atau terus-menerus mengingatkan anak agar mereka menggunakan berbagai kata dapat meningkatkan stres dan juga frustasi.


DAFTAR PUSTAKA

Ansel BM, Landa RM, Stark-Selz RE. Development and disorders of speech and language.
In: Oski FA, DeAngelis CD, eds. Principles and practice of pediatrics. Philadelphia:
Lippincott, 1994:686-700.

Coplan J. Evaluation of the child with delayed speech or language. Pediatr Ann 1985;14:203-
8.

Hurlock EB, PERKEMBANGAN ANAK Edisi Keenam Jilid 1, Jakarta: Penerbit Erlangga,
2003: 176.

McRae KM, Vickar E. Simple developmental speech delay: a follow-up study. Dev
Med Child Neurol 1991;33:868-74.

Whitman RL, Schwartz ER. The pediatrician's approach to the preschool child with language
delay. Clin Pediatr 1985;24:26-31.


http://en.wikipedia.org/wiki/Speech_delay yang direkam pada 1 Januari 2008 21:31:47 GMT

http://familydoctor.org/442.xml yang direkam pada 17 Januari 2008 07:48:10 GM6T.


http://www.aafp.org/afp/990600ap/3121.html yang direkam pada 19 Januari 2008.
http://www.keepkidshealthy.com

Minggu, 03 Februari 2008

EKSISTENSIALISME

 Kierkegaard
Soren Aabye Kierkegaard, demikianlah nama lengkap filsuf Denmark yang kemudian terkenal dengan singkatan S.K. Suatu hal yang khas pada filsuf ini ialah kegemarannya untuk menulis dengan berbagai nama samaran. S.K. memang mengalami suatu krisis perihal identitas dirinya sebagai anggota keluarga Kierkegaard.
S.K. dilahirkan pada tanggal 5 Mei 1813 dan meninggal pada tanggal 11 Nopember 1855; kedua peristiwa ini – dan hampir semua peristiwa-peristiwa penting yang terjadi dalam hidupnya – terjadi di Kopenhagen. Kierkegaard dalam usia dewasanya hanyalah berpindah-pindah kamar sewaan di Kopenhagen. Hidupnya yang berakhir ketika ia menjelang usia 43 tahun itu tidak memungkinkan ia mengalami masa kejayaannya sebagai filsuf.
S.K. dilahirkan sebagai anak bungsu dalam keluarga tujuh bersaudara. Ketika S.K. lahir keluarganya tergolong keluarga berada di masyarakat. Ayahnya sangat memperhatikan pendidikan anak-anaknya; terutama S.K. yang bungsu merupakan anak kesayangan karena kecerdasannya.
Michael Pedersen Kierkegaard memiliki hasrat yang kuat untuk mendidik S.K. sebagai persiapan untuk memasuki sekolah teologia. Dalam sejarah hidupnya ayahnya telah mengalami dua peristiwa traumatis yang sungguh-sungguh berbekas selama hidupnya. Pertama, ketika di waktu kecil ia pernah menghujat Tuhan akibat kemelaratan yang ia jalani. Kedua, penyelewengan yang dilakukannya dengan Anne Lund, istri keduanya hingga melahirkan ketujuh orang anaknya. Ketika hal ini akhirnya diceritakan kepada S.K., oleh S.K. hal ini ditonjolkan sebagai suatu peristiwa dalam hidupnya yang diibaratkan sebagai gempa yang dahsyat.
Bagi S.K. sendiri serentetan kematian anggota keluarganya merupakan sebab kemurungan yang mendalam dalam dirinya. Dari tujuh bersaudara, tinggal dua saja yaitu kakaknya Peter Christian, dan S.K. sendiri. Kemudian dalam diri S.K. timbullah suatu prasangka yang kuat bahwa kutukan Tuhan telah jatuh pada keluarganya. Kalau tidak mengapa maut terus-menerus mengejarnya.
S.K. menafsirkan kepahitan-kepahitan dalam kehidupan keluarganya, dan khususnya serentetan kematian yang terjadi di dalamnya, sebagai berlakunya hukum kutukan terhadap keluarga Kierkegaard. Dalam kebingungan yang hebat serta kemurungannya yang mendalam S.K. memutuskan untuk melupakannya dan S.K. pun mulai dikenal sebagai peminum dan pemabok.
Namun demikian S.K. tetap berusaha untuk tampil sebagai orang yang riang, atau setidak-tidaknya mampu menggembirakan orang lain, meskipun dalam hati ia tetap merintih dalam kesedihan yang tak kunjung hilang. Karena Tuhan pun baginya sudah runtuh bersamaan dengan gugurnya ayahnya sebagai lambang pujaannya; gugur sejak terjadinya gempa dahsyat dalam jiwanya akibat ungkapan rahasia ayahnya.
Dua tahun setelah ayahnya meninggal S.K. berhasil menyelesaikan ujiannya dalam Teologi (Juli 1840) dan tepat setahun kemudian tesisnya yang berjudul The Concept of Irony (Juli 1881) diterima pula sebagai pelengkap ujian teologinya yang berhasil ditempuh cum laude. Tiga orang yang besar pengaruhnya terhadap diri S.K. dan kemudian lagi-lagi mempengaruhi corak alam pikirannya: Michael Pedersen Kierkegaard, Paul Martin Moller dan Regina Olsen.
S.K. mulai melancarkan pendapatnya, bahwa hidup bukanlah sekedar sesuatu sebagaimana kita pikirkan, melainkan sebagaimana kita hayati. Makin mendalam peghayatan kita perihal kehidupan, makin bermaknalah kehidupan.
Manusia akan terus-menerus dihadapkan pada pilihan-pilihan. Akan tetapi pilihannya yang pertama haruslah diputuskan sejauh menyangkut apa yang baik dan apa yang buruk; kemudian ia harus mampu menempatkan diri di salah satu pihak, yang baik atau yang buruk. Baru kalau seseorang telah menetapkan apa yang baik dan apa yang buruk; baru setelah ia memilih tempat satu di antara keduanya, baru kemudianlah putusan-putusannya menjadi bermakna. Untuk memilih dan membuat keputusan itu manusia bebas; artinya, ia harus mampu mempertanggungjawabkan dirinya. Justru oleh kesediaan bertanggungjawab ini maka kebebasannya untuk memilih dan memutuskan menjadi bermakna pula.
Sejak penemuannya kembali, maka bagi S.K. Tuhan adalah suatu kedekatan baginya. Bagi S.K. agama harus dihayati sebagai suatu pengalaman subyektif. Juga dalam hubungan ini, S.K. menekankan bahwa yang menjadi soal bukanlah agama itu sendiri, melainkan bagaimana menjalani suatu eksistensi beragama.
S.K. menganggap sia-sia usaha orang yang ingin membuktikan ada tidaknya Tuhan. Jalan menuju Tuhan tidak mungkin ditempuh melalui logika yang abstrak, melainkan harus didasarkan pada penghayatan subyektif. Kedekatan dengan Tuhan adalah penghayatan eksistensial; Tuhan sebagai kebenaran yang dihayati adalah subyektif, adanya Tuhan adalah kepercayaan, dan kepercayaan terhadap Tuhan tidak bisa melalui pengobyektifan.
Salah satu di antara masalah-masalah yang menjadi pemikiran S.K. adalah menyangkut abad modern ini. dalam salah satu karyanya yang diberi judul The Present Age ia memperingatkan, bahwa umat manusia sedang menghadapi munculnya suatu zaman di mana proses penyamarataan akan terjadi. Dengan wawasan yang tajam sekali S.K. sudah menjangkau keadaan yang akan ditimbulkan oleh abad mesin dan teknologi; ia sudah meramalkan bahwa proses penyamarataan itu akan menyebabkan timbulnya frustrasi yang makin lama makin mendalam, oleh karena manusia dicengkeram olehnya.
Eksistensi bagi manusia adalah tugas. Dan salah satu yang menjadi pesannya ialah, bahwa eksistensi itu dijalani dengan kesejatian; artinya, janganlah tampil dengan kesemuan. Maka jelaslah bagi S.K. eksistensi harus dihayati sebagai sesuatu yang etis dan religius. Eksistensi yang sejati memungkinkan individu memilih dan mengambil keputusan serta bertindak atas tanggungjawabnya sendiri. Untuk itulah S.K. menganggap suyektivitas dan eksistensi sejati itu suatu tugas.
Publik bagi S.K. hanyalah suatu abstraksi, dan bukannya suatu realitas. Yang menyebabkan ‘publik’ itu menjadi berbahaya ialah karena seringkali apa yang ‘publik’ itu dianggap riil. S.K. mengingatkan kita pada kenyataan bahwa orang seringkali berusaha untuk diperhitungkan dengan jalan menggabungkan diri dalam kelompok-kelompok atau menggalang kekuatan dengan mengumpulkan tanda tangan. Ini suatu bukti bahwa orang-orang demikian itu tidak mampu untuk tampil sendiri secara berarti; mereka ini adalah orang-orang yang lemah.
Bagi S.K. kesamaan manusia hanyalah di hadapan Tuhan. Dalam naungan kasih Tuhan maka semua manusia adalah sama. S.K. yang tadinya memberontak keras terhadap Tuhan dan agama, setelah pulih kepercayaannya terhadap Tuhan, sungguh-sungguh kemudian tampil sebagai homo religius. Tuhan baginya adalah satu-satunya tempat untuk menyerah dengan segala kesejatian; juga dalam menyerahkan hidupnya. S.K. adalah filsuf yang pertama kalinya memberi arti yang khas pada perkataan eksistensi, serta segala gagasan-gagasan lainnya yang ditumbuhkan atas pengertian tersebut.

 Nietzsche
Friederich Wilhelm Nietzsche dilahirkan di Rocken, Prusia, pada tanggal 15 Oktober 1884. Tanggal lahirnya bertepatan dengan tanggal lahirnya Friederich Wilhelm IV, raja Prusia yang dikagumi pada zamannya. Agaknya hari ulang tahunnya itulah satu-satunya kenangan masa kanak-kanak yang paling mesra bagi Nietzsche. Sebab selanjutnya ia terus-menerus hidup dalam kemalangan seorang yang lemah, sakitan, dan papa. Semenjak ayahnya meninggal, Nietzsche dirawat oleh ibunya dengan kehalusan dan kemanjaan. Salah satu kegemarannya adalah membaca buku. Sebagai seorang yang berasal dari keluarga pendeta, maka tidak mengherankan kalau Nietzsche paling tekun membaca Injil.
Sejak kecil ia suka menyendiri, dan dalam kesunyiannya itu ia membaca dan merenung. Nietzsche dikesankan sebagai seseorang yang pemalu dan tidak banyak bicara sehingga terkadang menimbulkan kesan yang lemah dan letih.
Pada usia delapan belas tahun ia kehilangan kepercayaannya terhadap Tuhan. Mengingat latar belakang keluarga dan pendidikannya maka peristiwa ini sepintas lalu tampaknya janggal; kita mudah menduga bahwa negasi terhadap Tuhan ini adalah serupa dengan gejala remaja yang bersifat sementara. Akan tetapi nyatanya, sejak saat itulah Nietzsche memulai petualangan dalam dunia filsafat.
Jika saja orang menafsirkan bahwa segala ungkapan Nietzsche yang dahsyat dan menjulang tinggi itu adalah kompensasi terhadap kenyataannya yang bersifat lemah dan hampir tak berdaya. Ada pula anggapan yang menganggap karya Nietzsche sebagai ungkapan kegilaannya. Ia memang dikenal mengidap paranoia dan waham kebesaran.
Ia menganggap bahwa dalam hidup ini yang kuatlah yang akan menang, maka kebajikan utama dalam kehidupan adalah kekuatan. Apa yang dinyatakan sebagai kebajikan utama dalam hidup haruslah kuat; sebaliknya segala yang lemah adalah buruk dan salah.
Dalam hubungan antar bangsa Nietzsche pun menolak adanya kesamaan hak. Kemanusiaan yang terdiri atas bangsa-bangsa harus dipimpin oleh bangsa yang agung; yang lemah harus menyerah, kalau tidak maka ia harus dikalahkan dengan jalan perang dan penaklukan.
Nietzsche yang telah kehilangan kepercayaannya terhadap Tuhan, yang telah memusnahkan Tuhan, rupa-rupanya telah menemukan Zarathustra sebagai gantinya. Jelaslah bahwa kegagalan Nietzsche dalam pergaulan dengan sesama manusia yang menyebabkan ia mengasingkan diri dari mereka telah membuat Nietzsche berhadapan dengan dirinya sendiri yang dijelmakan sebagai imago Zarathustra. Oleh karenanya dalam Zarathustra kita mendapatkan semacam monologi; yaitu suatu percakapan antara Nietzsche dengan dirinya sendiri.
Bagi Nietzsche, manusia harus mencipta tak henti-hentinya. Bagi Nietzsche, mencipta menjadi mungkin oleh karena tuhan-tuhan sudah mati, sudah lama sekali mati. Mereka saling mentertawakan diri sampai mati semuanya.
Demikianlah jalan pikiran Nietzsche mengenai matinya para tuhan. Dengan demikian itu maka terbukalah kesempatan bagi manusia untuk menjulangkan dirinya setinggi-tingginya, yaitu sebagai pencipta. Dengan matinya Tuhan,maka nista pula apa yang disebut dosa. Mencipta dan sekali lagi mencipta; itulah satu-satunya kebajikan bagi manusia.
Manusia tidak perlu beku dalam ketakutan dan kepercayaan terhadap apa yang diriwayatkan kepadanya. Ia harus berani, karena keberanian adalah kebajikan yang terunggul. Dalam pikiran Nietzsche jelaslah bahwa perang pun merupakan suatu keharusan, yaitu sebagai seleksi alam untuk menangnya serta berkuasanya mereka yang kuat. Bagi Nietzsche, kecintaan terhadap hidup tidak perlu berarti ketakutan terhadap mati. Bukankah semua orang harus mati?
Dan dalam kecintaan serta keberanian menempuh hidupnya, manusia sepatutnya tidak mengharapkan belas-kasihan orang lain. Sepanjang kita menjelajahi alam pikiran Nietzsche maka nyatalah betapa Nietzsche bertekad untuk membangun suatu moralitas baru, dan untuk ini Nietzsche tidak mengenal kekuatiran ataupun hambatan-hambatan. Moralitas yang hendak dibina Nietzsche adalah moralitas kejantanan yang ulung; tanpa gemetar sedikit pun Nietzsche mengumumkan bahwa “Tuhan sudah mati”.
Nietzsche bisa disebut nihilis, oleh karena ia lebih dahulu menihilkan segala nilai lama, mempersetankan segala nilai yang sudah mantap. Makin ia merasa tidak dimengerti orang, makin mejadi-jadi gejala paranoia dan megalomania padanya. Pada akhirnya hidupnya Nietzsche harus dirawat di rumah sakit jiwa. Ibunya meninggal tiga tahun mendahului Nietzsche, maka Nietzsche dirawat oleh saudaranya Elizabeth.
Pada usia yang tidak terlalu lanjut, pada tanggal 25 Agustus 1900, rajawali kaum filsuf ini menghembuskan nafasnya yang penghabisan, di Weimar, meninggalkan nama dan karya-karyanya yang sampai hari ini masih dapat dinikmati.

 Berdyaev
Nicolas Alexandrovitch Berdyaev dilahirkan di Kiev pada tanggal 6 Maret 1874. Sejak kecil ia sudah dikenal sebagai seorang yang sensitive sekali serta cerdas dalam menanggapi persoalan-persoalan yang dihadapinya. Pengalamannya belajar di akademi militer ini merangsang Berdyaev untuk berpikir tentang suatu bentuk kehidupan yang diatur atas dasar regimentasi serta konformisme yang kaku.
Pada tahun 1894, sebagai mahasiswa ilmu hukum, Berdyaev menegaskan dirinya sebagai seorang marxis. Ia meninjau kembali seluruh ajaran Marx, dan ia sangat merasakan kelemahan-kelemahan materialisme sebagai ajaran yang dianjurkan oleh Marx. Dalam meninjau kembali Marxisme ini Berdyaev sangat dipengaruhi oleh tulisan-tulisan Ibsen dan Dostoyevski. Dostoyevski merupakan tokoh yang paling dikaguminya. Melalui tokoh-tokoh inilah Berdyaev menemukan keyakinannya bahwa suatu filsafat sosial tidak bisa dibangun atas pikiran-pikiran yang berdasarkan materialisme belaka.
Pada tahun 1903 ia pergi ke Jerman untuk mengikuti kuliah-kuliah Wilhelm Windelband di Universitas Heidelberg. Setahun kemudian ia kembali ke Rusia, menikah dengan Lydia Yudifona dan menetap di St. Petersburg. Pada tahun 1907 ia pindah ke Moskow dan menjadi anggota suatu perkumpulan filsafat yang religius.
Seluruh filsafat Berdyaev didasarkan pada antroposentrisme, dan atas dasar itu pula ia membangun filsafatnya yang dikenal sebagai eksistensialisme. Baginya manusialah yang menjadi masalah yang pertama dan terutama.
Manusia sebagai makhluk spiritual adalah kebebasan, sedangkan sebagai hasil ilmiahnya maka ia menghayati keharusan-keharusan. Kebebasan itu dibatasi oleh keharusan-keharusan tadi. Bagi Berdyaev yang menjadi soal ialah, bagaimana manusia menghayati eksistensinya dalam kebebasan. Bagaimana mengatasi paradoks yang dihayati manusia, agar ia mampu mencapai kebebasan eksistensi sebagai pribadi.
Kesejarahan akan tetap merupakan suatu arena di mana manusia menghayati eksistensinya sebagai suatu paradoks antara kebebasan dan keharusan yang mengikat. Berdyaev memperingatkan, bahwa individualisme tidak kurang berbahaya daripada kolektivisme. Individualisme hanyalah membawa manusia pada kecenderungan untuk menuju diri sendiri dan tidak menghiraukan kebebasan orang lain. Individualisme mengakibatkan kecenderungan untuk menjadikan diri sendiri sebagai ukuran segala sesuatu, termasuk ukuran-ukuran tentang kebenaran.
Sebaliknya, kolektivisme yang mengakibatkan hilangnya suatu pusat eksistensi pribadi. Kolektivisme menguatkan anonimitas, dan oleh karenanya tidak mampu menjadikan manusia menghayati dirinya sebagai eksistensi yang bebas. Berdyaev yang terkenal sebagai filsuf yang religius pun tidak mau melepaskan gagasannya tentang kebebasan pribadi itu sebagai dasar untuk penghayatan religius serta kepercayaannya terhadap Tuhan.
Berdyaev menyatakan bahwa Marxisme adalah akibat dari kegagalan agama Kristen. Pada tanggal 24 Maret 1948 Berdyaev meninggal dunia di ruang kerjanya, ketika sedang duduk di meja tulisnya.

 Jaspers
Karl Jaspers dilahirkan pada tanggal 23 Februari 1883 di Oldenburg, Westphalia. Ayahnya, Karl Jaspers, seorang ahli hukum dan menjabat sebagai presiden direktur sebuah bank; sedangkan ibunya, Henriette Tantzen, berasal dari keluarga petani. Pada tahun 1910 ia menikah dengan Gertrude Mayer, putri keluarga Yahudi yang saleh.
Karl Jaspers mempunyai latar belakang pendidikan yang bermacam-macam; dan oleh karena latar belakang pendidikannya ini maka filsafatnya juga menunjukkan keluasan, yaitu meliputi berbagai bidang seperti psikologi, psikopatologi, politik, pengaruh teknologi terhadap manusia dan kemanusiaan, dan sejumlah bahasan-bahasan mengenai filsafat-filsafat masa sebelumnya.
Menurut Jaspers, perbedaan-perbedaan pandangan dunia itu menimbulkan juga perbedaan-perbedaan dalam pengamatan terhadap kenyataan dan penerimaan kebenaran, maka Jaspers menolak kemungkinan disusunnya suatu ontologi yang universal.
Jaspers sampai pada kesimpulan, bahwa makin sungguh-sungguh sadar seseorang tentang kebebasannya, makin kuat kepastiannya tentang adanya Tuhan. Bagi Jaspers maka Tuhan adalah sumber kebebasan, akan tetapi juga dalam kebebasan Tuhan dapat ditemui. Tuhan bagi Jaspers adalah suatu keterbukaan yang tak kunjung beku dalam penghayatan manusia.
Sebagai kenyataan manusia ada sebagai dua segi. Di satu pihak ia ada sebagai sesuatu fakta belaka, suatu Dasein, akan tetapi di lain pihak ia adalah eksistensi yang kongkrit dalam situasi ruang dan waktu.
Membayangkan suatu kebebasan yang terlepas sama sekali dari orang lain atau batasan-batasan lainnya tidak mungkin. Kebebasan yang menjadi kondisi untuk suatu eksistensi yang sejati haruslah dihayati bersama orang lain, oleh karena kesejatian eksistensial hanya terungkap dalam suatu komunikasi eksistensi pula, suatu hubungan intersubyektif dengan orang lain. Oleh karena itu Jaspers dengan tegas menolak mungkinnya kebebasan yang bersifat mutlak. Kebebasan mutlak adalah tidak mungkin.
Jaspers berpendapat oleh karena kita mengarahkan diri pada Transendensi itulah maka kebebasan bisa dihayati; bukan saja kebebasan, akan tetapi juga dengan Transendensi itulah maka manusia terhindar dari suatu eksistensi yang hampa dan tak bermakna. Jaspers menerima bahwa eksistensi berakar pada Transendensi, yaitu Tuhan. Akan tetapi Jaspers menentang obyektifikasi Tuhan, baik oleh pemikiran ilmu pengetahuan maupun oleh penyajian yang dogmatis dari gereja.
Jaspers meninggal di Basel pada tanggal 26 Februari 1969, setelah mencapai kedudukan yang mantap sebagai seorang filsuf dengan pandangan-pandangan serta pikiran-pikirannya sendiri.

 Sartre
Jean-Paul Sartre dilahirkan di Paris pada tanggal 21 Juni 1905. Keluarganya tergolong kelas menengah; ayahnya penganut Katolik sedangkan ibunya seorang Protestan. Jean-Paul sejak kecil dikenal sebagai anak yang fisiknya lemah sekali dan sangat sensitive. Salah satu kegemarannya ialah menghabiskan waktunya dengan melamun dan berkhayal, suatu gejala yang lazim kita jumpai pada anak-anak yang lemah fisiknya dan tidak mampu menghadapi lingkungan teman-teman yang cenderung untuk menonjolkan kekuatan fisiknya.
Sartre sempat belajar kepada Husserl di Berlin, melalui Husserl lah Sartre mengenal metode fenomenologis. Suatu metode yang kemudian dikembangkan Sartre dalam filsafatnya tentang eksistensi.
Bagi Sartre, manusia mengada dengan kesadaran sebagai dirinya sendiri. Dengan perkataan lain, bagi manusia eksistensi adalah keterbukaan; berbeda dengan benda-benda yang lain di mana ada itu berarti sekaligus esensi, maka bagi manusia eksistensi mendahului esensi.
Tuhan tidak bisa dimintai tanggung jawab dan tidak bisa dijadikan tempat untuk menggantungkan tanggung jawab. Tuhan tidak terlibat dalam putusan yang diambil oleh manusia. Manusia adalah kebebasan, dan hanya sebagai kebebasan ia bisa bertanggungjawab.
Bagi Sartre, kebebasan itu mutlak; tanpa kebebasan eksistensi menjadi sesuatu yang absurd. Kebebasan itu melekat pada setiap tindakan manusia. Apa yang dilakukan manusia seharusnya diartikan sebagai ungkapan dari kebebasannya, sebab ia pun bisa memilih untuk bertindak lain.
Konsekuensi daripada kebebasan yang tak terbatas ini adalah tanggung jawab yang tanpa batas pula. Tanggung jawab yang dihayati tanpa batas ini pun merupakan beban eksistensial yang memuakkan.
Salah satu kekhususan dalam filsafat Sartre ialah betapa besarnya ia mencurahkan perhatian pada orang lain sebagai kenyataan. Nyata sekali dalam berbagai karya Sartre, betapa orang lain itu menduduki tempat yang paling penting dalam alam pikirannya. Nyata pula betapa pesimistis Sartre menanggapi orang lain itu sebagai kenyataan yang melekat pada eksistensi.
Eksistensi sebagai kebutuhan itu membawa kelanjutan, bahwa kita menghayati tubuh kita sebagai pusat dari dunia yang kita diami, yaitu kita diami dengan penghayatan ketubuhan tadi. Oleh karena itu maka ketubuhan itu pun menjadi suatu titik orientasi kita.
Sampai akhir hidupnya Sartre tidak pernah menegaskan sikapnya tentang Tuhan. Bagi Sartre ada atau tidak adanya Tuhan bukanlah masalah yang menyibukkan dirinya, karena ia hanya ingin memusatkan pemikirannya pada eksistensi manusia; dalam hubungan ini masalah ada atau tidak adanya Tuhan tidak memiliki relevansi. Eksistensi manusia adalah suatu kenyataan yang bukan dipilih sendiri oleh manusia; ia terdampar dalam kenyataan itu untuk selanjutnya menerima kenyataan itu sebagai fakta yang tak dapat dihindarinya. Ia menghadapi keharusan untuk mewujudkan diri pribadinya dalam keberadaannya di dunianya. Seperti juga awal kehadirannya sebagai eksistensi, maka juga akhir keberadaannya itu pada hakikatnya terletak di luar pilihannya sendiri.
Sartre hidup bersama tanpa menikah dengan filsuf wanita yang menjadi tenar oleh karyanya “The Second Lex” (Le Deuxieme Sexe), yaitu Simone de Beauvoir. Bertentangan dengan kelaziman yang berlaku, hubungan antara Sartre dan de Beauvoir sejak masa muda mereka di Universitas Sorbonne tidak pernah diresmikan sebagai hubungan suami-istri dengan cara ampun. Meskipun demikian, keduanya menjalin suatu kebersamaan yang utuh, hingga masa tuanya. Ketika Jean-Paul Sartre menjadi rabun penglihatannya, Simone seringkali membacakan hal-hal yang dianggap menjadi minatnya sebagai filsuf. Ketika pada tanggal 15 April 1980 Jean-Paul Sartre meninggal dunia; Simone-lah satu-satunya sahabat hidupnya yang setia membangun kebersamaan dengan raksasa eksistensialisme itu, tanpa ada di antara keduanya kehilangan kesejatiannya.

*Diringkas dari buku Prof. DR. Fuad Hasan, BERKENALAN DENGAN EKSISTENSIALISME Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya (1985)

Kamis, 31 Januari 2008

AKU VS SKRIPSI!!!



Terhitung sejak bulan Januari aku memulai lembaran baru dalam pengerjaan skripsi. Setelah hampir dua semester aku stuck dengan variabel persepsi, akhirnya aku membuat sebuah keputusan besar dengan mengganti judul. Sungguh itu bukan merupakan suatu hal yang mudah bagiku. Berbagai ketakutan memenuhi benakku. Namun dengan keyakinan yang berasal dari dukungan orang-orang terdekatku, maka dengan mengucap bismillahirrohmaanirrohiim aku mengajukan judul baru kepada dosen pembimbingku.
Subhanallah, kedua dosen pembimbingku sangat mendukung keputusanku dan memotivasiku agar segera menyelesaikan skripsi. Langsung saja aku bergerilya mencari bahan untuk bab I dan II. Bekasi-Depok adalah rute yang ku tempuh. Jauhnya jarak dan lelah yang ku rasa bukanlah suatu halangan bagiku. Aku telah bertekad untuk menyelesaikan skripsiku semester ini.
Kini aku tidak akan lagi terus terlena dengan ketakutanku yang berlebihan terhadap skripsi. Aku harus segera menyelesaikannya. Tak peduli segala aral yang melintang, semua kan ku bingkai dalam indahnya kenangan di memoriku. Aku yakin suatu saat nanti aku akan mengenang semua ini dengan seulas senyum di bibirku.
Selama dua semester awal aku kerap menelantarkan skripsi tanpa mempedulikan akibatnya pada diriku. Meski alam bawah sadarku menyadari bahwa aku pasti akan menyesali hal ini namun resistensi tetap ku pertahankan. Tindakan bodoh bukan?! Ya, aku memang bodoh di saat itu.
Ketika tinggal tersisa waktu dua bulan sebelum berakhirnya semester sembilan aku mulai menyadari kesalahanku. Aku terlalu lama menunda skripsi. Teman-temanku sudah banyak yang menyelesaikan skripsi. Bahkan teman-teman yang selama ini ku pandang sebelah mata karena nilai mereka selalu di bawahku sudah menjalani sidang dengan hasil nilai A atau B. Kesombonganku harus ku bayar mahal.
Aku sempat mengutuk diriku selama beberapa waktu demi menyesali segala tindakan bodoh yang telah ku lakukan. Apa yang telah ku lakukan selama ini? berleha-leha membuang waktu percuma. Membiarkan diri terbuai, terperangkap rasa malas yang terus ku biarkan tumbuh subur di dalam diri. Bodohnya aku!
Setelah menjalani masa-masa yang penuh dengan kesia-siaan, aku pun bangkit kembali. Ku buang jauh rasa malas dan takut yang kerap menghampiri. Aku telah bertekad dalam hati untuk menang melawan skripsi! Bukan hal yang mudah dan aku menyadari hal tersebut.
Sekarang aku mulai memasuki tahap penghitungan data penelitian. Targetku semua harus selesai dalam bulan April ini. Semoga aku sungguh dapat mewujudkan impian tuk wisuda tahun ini, aamiin.
Harapanku tuk dapat wisuda tahun ini hampir punah. Hampir tidak ada harapan. Sungguh sedih terasa namun aku harus menghadapi semua kenyataan meski pahit ku rasa. Ya…..saat penyesalan tlah tiba. Tapi aku tak kan terlena merutuki kesalahanku. Aku harus bangkit dan menyelesaikan semua pekerjaan yang tertunda.
Saat ini sudah hampir sampai di penghujung bulan April dan aku masih belum dapat mendaftarkan diri tuk sidang karena hingga hari ini aku masih mengalami kesulitan menemui bu Rilla dan bu Hendarti. Repotnya punya pembimbing yang super sibuk  mudah2an hari ini bu Hendarti menyetujui skripsi ku dan tidak ada perbaikan lagi. Setidaknya ini akan sedikit mengurangi bebanku.
Alhamdulillah, empat hari jelang usainya bulan April aku berhasil menemui pembimbing utamaku untuk memperlihatkan keseluruhan skripsiku. Beliau menyatakan bahwa aku sudah layak sidang dan menyuruhku untuk segera mendaftarkan diri agar aku bisa wisuda tahun ini. Senangnya hatiku 
Huff……hari ini sudah memasuki hari pertama di bulan Mei tapi aku belum berhasil menemui pembimbing kedua ku  ahh…..kalau begini caranya aku bisa makin lama sidang .
Alhamdulillah hari ini bisa ketemu bu rilla dah gitu kita ngobrol asyik banget  dah gitu bu rilla nawarin aku tuk bantu ngetes loch! Betapa gembiranya hati ini  terima kasih ya ﷲ.
Senin besok aku akan meminta tanda tangan kedua dosen pembimbingku agar aku dapat segera mendaftarkan skripsi ku ke sekretariat perkuliahan. Aku sudah dapat menerima kenyataan bahwa aku tidak akan mungkin dapat wisuda tahun ini. Tak mengapa, yang terpenting adalah aku telah menyelesaikan jenjang strata satu dan aku kan melanjutkan hidup sebagaimana mestinya. Toh masih banyak hal yang bisa ku kerjakan meski aku belum menjalani wisuda. Aku bersyukur dengan segala yang ada di diriku .
Alhamdulillah aku dah checklist loch tadi  ada sedikit rasa lega di hati namun juga gundah karena aku belum menjalani sidang. Tapi aku yakin aku pasti bisa  semangat!!!!
Subhanallah walhamdulillah walaa ilaa haillallah wallahu akbar!!! Aku dah lulus sidang pada hari Selasa tanggal 5 Juni 2007 dengan nilai 87,5 berarti A  tunai sudah kewajibanku tuk mempersembahkan gelar sarjana ku bagi kedua orang tuaku dengan hasil yang memuaskan 
Pada hari kamis, 5 Juli 2007 aku akan menjalani wisuda di JCC  betapa bahagia hati ini coz I finally made it through the rain. Untuk meneruskan ke jenjang S2 aku masih pikir-pikir.

Started on March 22, 2007
Ended on June 27, 2007

Beauty on the sky