Senin, 27 Juni 2011

MAKE IT SIMPLE!

For the last few days i've turned out to be complainer. I didn't know it at first, i just felt a bit touchy and full of resentment. Then my best friend gave me this insight: that i've been nagging almost all the time. She said i've been keeping my anger inside instead of let it out. It's definitely not health and destructive at the same time. Gosh...did i really do that?!

It took hours until i finally had the guts to admit it. Yes, i was a lousy complainer. Depressed with things i couldn't control. I ain't super woman and will never be one.
So why should i bother to be one?! Silly me!

After a while i finally managed to recognized some issues in my life, some of them are: financial insecurity, acceptance and religion. If one of those showed up then my mood would crash within seconds. Sometimes it happened beyond conscious.

Thank God i have a son whom always cheer up my day. Alhamdulillah....


Bekasi, June 28th 2011

-rf-

Selasa, 07 Juni 2011

SUSAHNYA NGAKU SALAH

Di dunia ini gak ada manusia yang suci yang luput dari kesalahan. Sunnatullah kalo manusia itu tempatnya khilaf dan salah. Bahkan rasulullah sekalipun pernah berbuat salah. Kesempurnaan hanyalah milik Allah, Tuhan semesta alam. Maka hendaklah kita tidak berperilaku sombong dan merasa diri hebat serta terlindung dari dosa dan salah.

Saya pribadi mengakui bahwa selama 26 tahun saya hidup entah sudah berapa ratus kali saya berbuat salah. Awalnya saya tidak mau mengakui hal tersebut tetapi lama kelamaan saya mulai menyadari kekeliruan dan belajar menerima kesalahan serta ketidaksempurnaan diri. Di saat seperti itu maka cobaan terberat adalah ketika orang lain tidak melakukan hal yang sama. Orang lain kebanyakan hanya menuntut dan menyangkal kesalahan serta parahnya lagi menolak dipersalahkan meski salah. Hmmmm....sangat tidak adil bukan?!

Membahas ketidakadilan yang terjadi di muka bumi itu gak ada habisnya. Malah akan sangat menguras energi jadinya. So i decided to nurture myself. Ketika ada yang mengkritisi maka saya akan introspeksi diri, jika ternyata memang saya salah maka saya akan memperbaiki diri. Tetapi jika ternyata kesalahan bukan pada saya maka saya akan cuek sama si kritikus hehehehehe

Ada hal-hal yang sensitif buat saya untuk dikritik orang. Saya tidak suka dan tidak nyaman jika orang mengkritisi kehidupan rumah tangga saya, pola asuh saya dan suami, cara saya mengatur keuangan, serta tentang studi. No wonder kalo saya cenderung cuek dan terlihat tak acuh jika membahas salah satu masalah ini. Menurut saya, ya sudahlah....biarkan saya menjalani hidup dengan cara saya dan saya pasti akan bertanggungjawab terhadap segala konsekuensi yang menyertai.


Kantor Berisik!
8 Juni 2011


-rf-

Rabu, 01 Juni 2011

BUKAN STANDAR SAYA

"Waaaah...lo jarang nyuci ya?!"
"Aduuuh...suami yang sayang istri ya, nyuci sendiri"
"Masak apa aja sehari-hari?"
"Bla...bla...bla......................"

Setiap kali ada yang membahas perkara pekerjaan rumah tangga, saya merasa terganggu. Akhirnya suka uring-uringan gak jelas dan cemberut ke suami. Intinya selama masih ada topik lain di dunia, maka saya akan menghindari topik pekerjaan rumah tangga. Males aja karena emang saya gak banyak mengerjakan itu.

Sehari-hari saya bekerja. Pergi pagi, pulang malam jadi hampir gak sempat ngerjain urusan rumah tangga secara rutin seperti cuci baju, masak, dll. Soal cucian biasanya baru sempat nyuci pas wiken -itupun kalo gak capek dan tangan lagi gak kambuh. Kalo masakan ya lebih sering beli karena kalo udah di rumah bawaannya capek, pengen istirahat. Kalo masih harus masak lagi malah bikin bete dan gak kepengen makan.

Saya akan menjadi sangat bersemangat jika diajak ngobrol tentang buku atau tentang pekerjaan, ketimbang urusan rumah tangga. Mending gosip sekalian deh daripada ngebahas cucian ato menu masakan. Terserah orang mo ngomong apa, memang beginilah saya adanya.

Setelah dipikir-pikir, memang saya memiliki "standar" sendiri terkait kehidupan rumah tangga. Saya berpendapat bahwa istri gak melulu harus berkutat di dapur kok. Ada banyak hal lain yang bisa saya lakukan untuk menyenangkan hati suami ketimbang sekedar berkutat dengan urusan dapur. Bukannya saya gak mo masak buat suami, saya masak kok jika memang waktu memungkinkan. Kalo enggak ya kenapa juga harus dipaksakan malah hasilnya gak maksimal.

Adapun perasaan terganggu saya ketika ada yang menyinggung perkara itu, karena jauh di lubuk hati saya punya "standar" seperti itu. Karena saya dibesarkan oleh seorang ibu rumah tangga sejati yang tidak bekerja di luar rumah. Gak heran kalo akhirnya di saat sensi saya gak nyaman menanggapi orang yang mengkritisi saya terkait pekerjaan rumah tangga. -Rempong deh orang kayak gitu!-

Jadi untuk orang-orang yang suka ngebahas perkara rumah tangga gak usah protes ya kalo omongannya saya cuekin. Kalo saya gak menunjukkan minat untuk mendengarkan apalagi menjawab. Kalo mo ngobrol ama saya pilih topik yang ada kaitannya sama pekerjaan saya ato gak makanan favorit saya lah :D

Sekian dan terima kasih!

Kantor, 1 Juni 2011
-edisi "sampah"-

rf