Kamis, 27 Oktober 2011

MAYBE LATER....

For the last few days my mind has been occupied by a thought of resign. Yes, that really came to my mind at last. Everytime i spent time with my son that thought appeared and urged to surface. That wasn't bad at all. In fact i felt happy wondering how nice it would be being able to spend most of my time with Haekal.

But then again my rationality came back. I wasn't ready yet....maybe in the next 3 or 4 years i might resign. But now is not the time.

I realize that i have the need to stay near with Haekal. Imagine how eager he will be on his first day at school. Gosh...how i long for that moment to come :)

Ya Allah, please give me the chance to see my children grow up. Please give me the strenght to taking care of my family through Your path...i'm nothing without You...

Laa haula wala quwwata illa billah

Bekasi, Oct. 28, 2011

-rf-

Selasa, 11 Oktober 2011

SUNDAY MORNING WITH MY BABY








Truly blessed :) Thank you Allah....

Kayuringin, Oct. 12,2011

-ibu-

ALHAMDULILLAH SEMUA SUDAH LEWAT

Kamis pekan lalu, tepatnya tanggal 6 Oktober 2011 merupakan hari yang mungkin akan selalu ku ingat selama sisa hidupku. Di hari itu aku nyaris kehilangan belahan jiwa permata hatiku...putra sulungku...penyejuk hatiku, Haekal Faiq Faz.

Semua bermula dari panas tinggi yang dialami Haekal sejak malam hingga pagi. Haekal juga sempat mengalami diare pada pukul 1 dan 3 dini hari. Suhu tubuhnya tinggi sekali hingga membuatku khawatir. Aku sudah bertekad untuk membawanya ke RS untuk diperiksa karena aku khawatir sesuatu yang buruk bisa terjadi padanya. Awalnya suamiku hendak mengantar tetapi ku tolak dengan alasan tidak enak karena dia baru 2 pekan bekerja masa sudah izin. Maka aku pun berangkat ke RS bersama mama. Ku urungkan niat ke kampus karena menurutku merawat Haekal lebih urgent dibandingkan urusan tesis.

Saat dokter mengerutkan dahi, hatiku mulai tidak tenang. "Anak ibu dehidrasi dan mengalami infeksi saluran pencernaan" ucapan dokter begitu menghantam menimbulkan kecemasan dalam diri. Aku berusaha tenang dan pada akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti saran dokter agar memasukkan anakku dalam perawatan. Ku telfon suami untuk mengabari kondisi Haekal. Hampir pecah tangisku ketika mendengar suara suamiku. Betapa aku berharap dia ada di sampingku saat itu. Aku terlalu menuruti logika dan bukan hatiku....

Belahan jiwaku harus merasakan sakit akibat jarum infus. Tak tega rasanya hati ini tetapi pada saat itu Haekal memang sangat membutuhkannya. Aku kuatkan hatiku dan ku putuskan untuk sebisa mungkin menahan segala rasa sedih yang muncul. Aku kuat demi anakku.




Pikiranku kalut mengingat besarnya biaya perawatan namun aku yakin Allah pasti akan memberi jalan. Di tengah kekalutan itu tiba-tiba ku lihat Haekal seperti terlonjak dari pangkuanku. Ku pikir dia hanya kaget saja. Lalu Haekal ku pindahkan ke pangkuan mama dan ia masih terlonjak beberapa kali hingga akhirnya aku menyadari bahwa anakku kejang. Kontan aku berlari keluar kamar dan berteriak sekeras mungkin: "Suster, kejaaaaaaang!!!!"

Aku berlari kembali menghampiri Haekal beserta suster yang dengan sigap meletakkan Haekal di atas tempat tidur dengan posisi miring. Suster memasukkan sesuatu ke dalam mulut Haekal sembari memberi instruksi kepada rekan yang lain untuk segera memanggil dokter dan memasang oksigen. Tangisku hampir pecah melihat putra kesayanganku terbaring lemah dengan nafas tersengal-sengal. Haekal terlihat sangat kesakitan dan hampir hilang kesadaran. Aku lafadzkan asma Allah sembari ku usap lembut kepala anakku. Jauh di lubuk hati aku berdoa dan memohon: "Ya Allah, jangan Kau ambil anakku sekarang. Sungguh aku tak sanggup". Hatiku menangis....

Tidak ku hiraukan mama yang histeris. Aku memusatkan perhatianku kepada Haekal. Lirih ku ucap: "Allahu Akbar, Haekal sayang...." sambil terus ku usap lembut rambut ikalnya.

Perlahan ku lihat secercah harapan di mata indahnya. Haekal berjuang keras untuk menangis. Ya, Haekal menangis. Awalnya dengan suara lirih dan perlahan semakin kuat tangisannya dan aku pun dapat bernafas lega.





Dokter sudah datang dan menenangkan diriku dengan memberi penjelasan seputar kejang yang dialami Haekal. Tak lama suami dan daddy tiba di kamar. Orang-orang yang ku sayangi sudah berkumpul dan seakan dorongan energi menyeruak muncul merengkuhku dalam kebahagiaan.

Anakku selamat...
Alhamdulillah....terima kasih telah Kau kabulkan doaku ya Rabb...

Kondisi Haekal berangsur membaik dan senyum serta tawa riangnya kembali mengisi hidupku. Ibu sangat sayang kamu Kal....


Bekasi, 12 Oktober 2011
-ibu-