Minggu, 22 Juli 2012

DEAR MBA...

Kali ini saya mau sedikit berbagi cerita tentang salah satu teman Support Group (SG) yang saya kagumi. Sebetulnya hampir semua anggota SG saya kagumi tapi untuk sosok yang satu ini agak lebih spesial mengingat berbagai pengalaman luar biasa yang pernah dijalaniserta perjuangan yang ia hadapi hingga saat ini. I admire her intelligence, spirit and the way she live her life.

Saya masih ingat perbincangan terakhir kita beberapa hari yang lalu ketika kita hanya berdua di mobil dalam perjalanan pulang. Saat itu saya bercerita tentang berbagai hal yang sedang saya hadapi di perkuliahan. I told her about my mixed feelings. Suddenly I wanted to know about her feeling toward her study in Aussie. So I asked the forbidden question :D "Mba, are you happy....with your study?" I was grinning when I asked her that question. And she laughed and said: "Sial, sial, sial. 3x sial Rika. Seperti tokoh dari novel yang baru aku baca beberapa waktu yang lalu".

Then we laughed ourselves. That was unforgettable moment we've had. There's always honesty between us and we're always feel free to express our feelings without afraid of being judged. We don't judge wether it's right or wrong. We just share our feelings. That's all. If we want to be jugded we will ask for it.

Kemarin sebelum berangkat kembali ke Aussie untuk melanjutkan studi, kita sempat bbm-an. Intinya beliau minta didoakan agar diberi kesabaran, kekuatan dan kemudahan dalam menjalani studi di sana dan bisa meraih cita-cita sesuai impian. Saya gak jawab banyak cuma saya bilang saya bersedia menjadi pendengar yang baik dan teman bbm-an yang suportif :-)

Take care mba....hope to see you again by the end of this year with new stories ^__^

We love you always...unconditionally....



Ramadhan, day 3

-rf-

Rabu, 11 Juli 2012

BERMALAM BERSAMA PARA REMAJA


Sejak 2 hari yang lalu ada Rapat Kerja (RaKer) di tempatku bekerja. Semua yang berstatus sebagai pegawai wajib untuk mengikuti raker yang berlangsung selama 3 hari 2 malam di kantor. Tujuan utama diadakan raker ya tak lain dan tak bukan adalah untuk menetapkan program kerja masa tugas 1 tahun ke depan. Mayoritas masih berusia belia, di bawah usiaku. Di sini aku merasa menjadi salah satu yang tertua di tengah kumpulan ABG. Aku paham tingkah laku mereka karena aku juga pernah berada di usia mereka. Mungkin dulu aku juga seperti mereka, rame dan heboh. Terkadang impulsif juga dan cenderung saklek.
Ketika raker berlangsung kadang masih ada yang asyik ngobrol dan tidak memperhatikan sehingga harus aku ingatkan agar atensi mereka kembali ke presentasi dalam raker. Ketika malam sebelum tidur pun butuh waktu hingga lewat tengah malam baru mereka tertidur setelah sebelumnya bercanda tawa. Melihat tingkah laku seperti ini membuat aku rindu pada masa aku remaja dulu.
Menghabiskan waktu selama 3 hari 2 malam bersama mereka membuat aku merasa muda kembali –berasa tua deh padahal umur masih di bawah 30-. Sekali lagi perilaku ‘ajaib’ mereka menjadi salah satu hiburan bagiku yang tengah dilanda rindu pada belahan jiwaku yang manis, Haekal Faiq Faz. Hmmmm…aku jadi bertanya-tanya sedang apa Haekal sekarang ya?! Sekarang sudah lewat tengah malam dan biasanya Haekal minta susu jam segini. Maafin ibu ya nak….I’ll make it up, baby…I promise I will J
Semoga di hari terakhir raker besok ada hasil yang menggembirakan dan meringankan tugasku ke depannya. Semoga masa transisi yang tengah aku persiapkan dapat berjalan dengan lancar tanpa halangan yang berarti. Ya Rabb,…permudahlah jalan hidupku….tolong karuniakan kesehatan dan keteguhan iman bagiku. Tumpahkanlah kesabaran bagiku dan suami agar dapat menyelesaikan tesis secepatnyya, aamiin….

Bekasi, 5 Juli 2012
-rf-

LAGU PERTAMA



Cicat…cicat…di dinding
Diam mayap
Datang seekon nyamut
Hap, wawu ditatap

Hayoooooo….bisa nebak gak itu lagu apa di atas???.....ini lagu pertama yang berhasil dinyanyikan Haekal secara lengkap dari awal sampai akhir. Terinspirasi oleh binatang favorit yang biasa dia tonton di teras rumah. Yup! Itu lagu “Cicak di Dinding”. Haekal memang masih kesulitan mengucapkan kata yang mengandung huruf K dan juga NG. Jadi ya lucu aja ketika dia nyanyi dengan nada dan syair seadanya…tapi tetap ku acungkan jempol sebagai bentuk apresiasi untuk anakku tercinta.
Lagu berikutnya yang sedang dia hapalkan adalah lagu “Alif Ba Ta Tsa” yang seringnya diputar sama ayah di rumah.

Alif Ba Ta Tsa Jim Ha Kho’
Dal Dzal Wo Zai Dho Tho Dho Tho

Masih dengan irama seadanya tetapi tidak mengurangi kekagumanku pada putra sulungku. Ketika ia sedang tantrum maka cara mengalihkannya bisa dengan bernyanyi. Dalam kondisi menangis sekalipun ia akan tetap meneruskan syair lagu yang kita nyanyikan. Isn’t it cute hehehehe

Semakin hari Haekal semakin menunjukkan perkembangan yang menakjubkan. Kosakata yang terus bertambah, perkembangan motorik yang semakin tegap, dan perkembangan emosional yang luar biasa. Ketika keinginannya tidak dituruti maka ia akan menangis dan mencari perlindungan. Aku dan suami bekerjasama membantu Haekal mengontrol emosinya dengan cara memberi pengertian mengapa ia tidak perlu menangis secara berlebihan. Jadi setiap kali Haekal tantrum maka kami akan mengalihkannya dengan bernyanyi atau mengerjakan sesuatu yang lain. Kita tidak langsung memaksakan dia untuk berhenti menangis tetapi mengalihkannya ke hal lain. Ketika ia sudah tenang maka kami akan memberikan pengertian kepadanya agar harapannya tidak terulang di masa yang akan datang.
Di awali dengan lagu pertama demi pelatihan perkembangan emosi yang positif J

Bekasi, 2 Juli 2012
-ibu Ekal-

ANTARA CINTA DAN CITA



Menjadi seorang ibu yang baik bagi anak-anakku merupakan sebuah impian yang telah terpatri sejak aku kecil. Memimpikan menimang bayi mungil dan mengasuhnya dengan kedua tanganku sendiri adalah situasi yang sangat membahagiakan. Memberikan pengasuhan yang baik agar kelak anak-anakku tumbuh menjadi sosok yang membanggakan adalah sebuah kehormatan yang ingin ku raih sebagai seorang ibu. Bukankah itu juga menjadi impian sebagian besar ibu di dunia?!
Aku percaya dengan cinta anak-anakku akan tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan utuh. Dengan penerimaan, anak-anakku akan tumbuh menjadi sosok yang dapat dipercaya dan berani berbeda dari orang kebanyakan. Dengan kelembutan dan kasih sayang yang tulus, anak-anakku akan menjadi manusia yang peduli terhadap orang lain dan tidak bersikap egois.
Guna mencapai impian tersebut tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan bekal ilmu yang luas dan dalam serta kerjasama yang baik dengan pasangan selaku ayah dari anak-anakku. Komunikasi adalah kuncinya, sedangkan keterbukaan menjadi salah satu syarat mutlak keberhasilannya.
Sebagai seorang perempuan yang Allah beri kesempatan untuk menuntut ilmu hingga jenjang magister, tentulah menyisakan permasalahan tersendiri buatku. Sebagai seorang yang ‘berilmu’ tidak bekerja adalah suatu keniscayaan. Selalu ada dorongan dari dalam diri untuk mempraktekkan berbagai ilmu yang pernah ku dapatkan ketika masih sekolah dulu. Meski bisa saja aku menerapkannya di rumah bersama dalam lingkungan keluarga, namun mengaktualisasikan diri di lingkungan luar juga menjadi hal yang tidak kalah pentingnya bagiku.
Setiap profesi memiliki jenjang karir masing-masing. Di kantor, aku sudah merasakan menduduki jabatan dengan jumlah anak buah yang hampir mencapai 50 orang. Di rumah sendiri, aku berperan sebagai manajer keuangan sekaligus manajer urusan rumah tangga domestik. Bisa dibilang jabatanku rangkap saat ini hehehehe. Kalau ditanya capek ya jelas capek. Kalau ditanya puas, ya jelas belum terlalu puas karena aku tidak terlalu all out dalam masing-masing bidang. Seringkali ketika berada di kantor yang terlintas di benakku justru berbagai hal yang terjadi di rumah. Begitupun sebaliknya, ketika berada di rumah aku justru seringkali memikirkan masalah di kantor. Ada sesuatu yang perlu ‘diperbaiki’ dalam diriku yang bersumber dari konflik internal. Kebingungan yang muncul ketika harus memilih antara cinta dan cita.
Keluarga adalah cintaku. Keluarga memiliki arti yang dalam buatku. Bersama keluarga, aku dapat merasakan kebersamaan dan kasih sayang yang tulus dari buah hatiku. Suamiku juga tak kalah sayang meski terkadang hubungan kami tidak selalu mulus tetapi hampir semua permasalahan dapat kami diskusikan dengan baik dan terbuka apa adanya. Kedua orangtuaku juga memberi andil besar dalam membantu pengasuhan putra sulungku yang hampir menginjak usia 2 tahun. Kakak perempuanku dan anaknya juga turut mewarnai hari-hariku. Aku bersyukur memiliki mereka semua di dalam hidupku.
Sisi yang lain dari hidupku adalah sisi diri pribadi sebagai seorang yang mengenyam pendidikan magister dan bercita-cita menjadi seorang psikolog yang disegani oleh rekan-rekan kerja juga memiliki klien yang tak berbatas. Mendapatkan penghargaan berkat keilmuan yang ku miliki merupakan suatu hal yang memberi kepuasan tersendiri dalam hidupku. Selain itu, hal tersebut juga memberi kebanggaan juga bagi kedua orangtuaku terutama mama.
Tibalah saatnya ketika aku sampai di perbatasan. Ketika tiba saatnya harus memilih antara cinta dan cita. Saatnya untuk memilih antara keluarga atau pekerjaan. Bukan suatu hal yang mudah tetapi tidak pula terlalu sulit karena sesungguhnya jawabannya sudah ku ketahui ada di lubuk hati yang terdalam.
Aku rasa 2 tahun bekerja full time adalah lebih dari cukup. Sekarang sudah saatnya memberi waktu bagi diriku sendiri untuk mengabdikan diri di keluarga sebagai seorang istri dan juga seorang ibu. Suami dan anakku berhak untuk mendapatkan porsi waktu yang lebih besar dari porsi yang selama ini ku beri. They deserve more. They really do J.
Pekerjaan akan datang jika memang sudah waktunya. Uang bisa dicari jika aku berusaha. Tetapi waktu kebersamaan dengan keluarga tidak dapat ku beli dengan harga yang murah. Aku harus mengenyampingkan idealisme semu yang hanya condong pada hal yang bersifat duniawi dan melupakan sisi ukhrowi. Menjadi ibu adalah kodratku sebagai seorang perempuan. Ya Rabbi,…teguhkanlah hati ini dalam menetapkan pilihan ini.

22 Mei 2012
-rf-