Rabu, 11 Juli 2012

ANTARA CINTA DAN CITA



Menjadi seorang ibu yang baik bagi anak-anakku merupakan sebuah impian yang telah terpatri sejak aku kecil. Memimpikan menimang bayi mungil dan mengasuhnya dengan kedua tanganku sendiri adalah situasi yang sangat membahagiakan. Memberikan pengasuhan yang baik agar kelak anak-anakku tumbuh menjadi sosok yang membanggakan adalah sebuah kehormatan yang ingin ku raih sebagai seorang ibu. Bukankah itu juga menjadi impian sebagian besar ibu di dunia?!
Aku percaya dengan cinta anak-anakku akan tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan utuh. Dengan penerimaan, anak-anakku akan tumbuh menjadi sosok yang dapat dipercaya dan berani berbeda dari orang kebanyakan. Dengan kelembutan dan kasih sayang yang tulus, anak-anakku akan menjadi manusia yang peduli terhadap orang lain dan tidak bersikap egois.
Guna mencapai impian tersebut tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan bekal ilmu yang luas dan dalam serta kerjasama yang baik dengan pasangan selaku ayah dari anak-anakku. Komunikasi adalah kuncinya, sedangkan keterbukaan menjadi salah satu syarat mutlak keberhasilannya.
Sebagai seorang perempuan yang Allah beri kesempatan untuk menuntut ilmu hingga jenjang magister, tentulah menyisakan permasalahan tersendiri buatku. Sebagai seorang yang ‘berilmu’ tidak bekerja adalah suatu keniscayaan. Selalu ada dorongan dari dalam diri untuk mempraktekkan berbagai ilmu yang pernah ku dapatkan ketika masih sekolah dulu. Meski bisa saja aku menerapkannya di rumah bersama dalam lingkungan keluarga, namun mengaktualisasikan diri di lingkungan luar juga menjadi hal yang tidak kalah pentingnya bagiku.
Setiap profesi memiliki jenjang karir masing-masing. Di kantor, aku sudah merasakan menduduki jabatan dengan jumlah anak buah yang hampir mencapai 50 orang. Di rumah sendiri, aku berperan sebagai manajer keuangan sekaligus manajer urusan rumah tangga domestik. Bisa dibilang jabatanku rangkap saat ini hehehehe. Kalau ditanya capek ya jelas capek. Kalau ditanya puas, ya jelas belum terlalu puas karena aku tidak terlalu all out dalam masing-masing bidang. Seringkali ketika berada di kantor yang terlintas di benakku justru berbagai hal yang terjadi di rumah. Begitupun sebaliknya, ketika berada di rumah aku justru seringkali memikirkan masalah di kantor. Ada sesuatu yang perlu ‘diperbaiki’ dalam diriku yang bersumber dari konflik internal. Kebingungan yang muncul ketika harus memilih antara cinta dan cita.
Keluarga adalah cintaku. Keluarga memiliki arti yang dalam buatku. Bersama keluarga, aku dapat merasakan kebersamaan dan kasih sayang yang tulus dari buah hatiku. Suamiku juga tak kalah sayang meski terkadang hubungan kami tidak selalu mulus tetapi hampir semua permasalahan dapat kami diskusikan dengan baik dan terbuka apa adanya. Kedua orangtuaku juga memberi andil besar dalam membantu pengasuhan putra sulungku yang hampir menginjak usia 2 tahun. Kakak perempuanku dan anaknya juga turut mewarnai hari-hariku. Aku bersyukur memiliki mereka semua di dalam hidupku.
Sisi yang lain dari hidupku adalah sisi diri pribadi sebagai seorang yang mengenyam pendidikan magister dan bercita-cita menjadi seorang psikolog yang disegani oleh rekan-rekan kerja juga memiliki klien yang tak berbatas. Mendapatkan penghargaan berkat keilmuan yang ku miliki merupakan suatu hal yang memberi kepuasan tersendiri dalam hidupku. Selain itu, hal tersebut juga memberi kebanggaan juga bagi kedua orangtuaku terutama mama.
Tibalah saatnya ketika aku sampai di perbatasan. Ketika tiba saatnya harus memilih antara cinta dan cita. Saatnya untuk memilih antara keluarga atau pekerjaan. Bukan suatu hal yang mudah tetapi tidak pula terlalu sulit karena sesungguhnya jawabannya sudah ku ketahui ada di lubuk hati yang terdalam.
Aku rasa 2 tahun bekerja full time adalah lebih dari cukup. Sekarang sudah saatnya memberi waktu bagi diriku sendiri untuk mengabdikan diri di keluarga sebagai seorang istri dan juga seorang ibu. Suami dan anakku berhak untuk mendapatkan porsi waktu yang lebih besar dari porsi yang selama ini ku beri. They deserve more. They really do J.
Pekerjaan akan datang jika memang sudah waktunya. Uang bisa dicari jika aku berusaha. Tetapi waktu kebersamaan dengan keluarga tidak dapat ku beli dengan harga yang murah. Aku harus mengenyampingkan idealisme semu yang hanya condong pada hal yang bersifat duniawi dan melupakan sisi ukhrowi. Menjadi ibu adalah kodratku sebagai seorang perempuan. Ya Rabbi,…teguhkanlah hati ini dalam menetapkan pilihan ini.

22 Mei 2012
-rf-

Tidak ada komentar: