Sabtu, 21 Februari 2009

GOMPAL SI JAGO FUTSAL

Gompal, nama itu begitu terdengar aneh di telingaku dan juga tidak bagus menurut pendapatku. Aku selalu menolak memanggil si empunya nama dengan sebutan itu karena menurutku nama asli dia jauuuuuuuuh lebih bagus dan lebih enak terdengar di telinga daripada nama Gompal. Terang saja aku protes karena aku dan mama yang memberikan nama Rahardian Rachmat Rizky kepadanya kenapa sekarang berubah jadi Gompal?! Nama yang aneh!

Ternyata aku baru tahu kalau Gompal merupakan nama panggilan dari teman-teman SMPnya karena goresan luka di dahinya akibat tertimpa asbes di sekolah. Dan nama itu berlanjut hingga SMA. Bahkan ada begitu banyak orang yang lebih mengenalmu dengan nama Gompal dibandingkan nama aslimu.

Gompal a.k.a. Rahardian Rachmat Rizky a.k.a. ade Rizky a.k.a. acep a.k.a. awu a.k.a. de el el…terlalu banyak nama panggilan untuknya maka sisanya tak perlu disebutkan lagi karena sudah cukup terwakili oleh yang lain. Di usia yang baru 16 tahun tingginya sudah mencapai 170cm dengan berat badan 55kg saja maka Gompal tergolong kategori kutilang alias tinggi kurus langsing :D. Wajah cukup tampan ditambah lagi dengan senyum khas yang senantiasa tersungging kala ada yang menyapa dirinya membuat Gompal menjadi terkenal karenanya. Tak heran jika sejak SD hingga SMA banyak teman dari lawan jenis yang tertarik padanya. Ckckckckckckckck…sampai geleng-geleng kepala aku dibuatnya.

Pembawaan Gompal hampir selalu ceria dan jarang sekali ia bersikap murung. Jika ada orang yang menyapa atau bertanya kepadanya maka hal pertama yang ia lakukan adalah tersenyum baru kemudian menjawab. Kadang main futsal pun masih pake senyum. Senyumnya itu ngangenin banget loch!!!

Bicara soal futsal seolah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sosok Gompal. Sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar Gompal sudah menjadi salah satu anggota tim futsal di sekolahnya. Sejak dulu posisi dia sebagai penyerang yang senantiasa mencetak gol bagi tim yang dibelanya. Gompal memberikan kontribusi yang cukup besar kala mampu membawa sekolahnya masuk dalam final kejuaraan futsal antar SD se-Jawa Barat. Ketika itu ia begitu bersemangat hingga tidak mempedulikan cedera engkel yang membuat ia berjalan tertatih-tatih. Ketika bertanding ia berikan segenap kemampuan terbaiknya dan tidak mempedulikan rasa sakit yang ia rasakan saat itu.

Menginjak usia 14 tahun, Gompal bergabung dengan salah satu sekolah bola yang ada di Bekasi. Rajin sekali ia berlatih dengan sepatu merah kesayangannya. Di tengah padatnya jadwal latihan Gompal tidak pernah melupakan kewajibannya sebagai seorang muslim yaitu sholat 5 waktu. Gompal biasa sholat di masjid besar di tengah kota Bekasi yang letaknya berdekatan dengan tempat latihannya. Kelak kebiasaannya ini memberi hikmah ketika pada suatu malam ia pulang dengan mengendarai motor dan terkena tilang oleh polisi karena ia belum memiliki SIM namun kemudian dilepaskan setelah diberi nasihat oleh pak Polisi yang budiman yang mengenali dia karena ternyata mereka sering sholat berjamaah di masjid besar dekat tempat Gompal latihan bola. Subhanallah!!!

Memasuki jenjang SMA kecintaan Gompal pada futsal tidak berkurang malah semakin bertambah. Bersama dengan teman-temannya Gompal memiliki jadwal rutin bermain futsal di tempat favorit mereka di daerah Kalimalang. Futsal freak mania!!! Jika sedang cedera maka ia akan mulai berkonsultasi dengan tetehnya yang mantan atlet taekwondo meminta tips cara praktis menghindari cedera. Diawali dengan berjalan tertatih-tatih di depan tetehnya lalu sambil meringis diiringi derai tawa pula dia akan bercerita tentang apa saja yang dia alami pada hari itu.

Pernah suatu ketika di bulan Ramadhan Gompal bermain sepakbola bersama teman-temannya di lapangan di dekat rumah. Waktu itu cuaca lumayan terik dan tak heran ketika ia pulang ke rumah sambil tersenyum simpul dia bercerita kepada mama dan tetehnya yang cuma bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan nekatnya bermain bola di bawah terik matahari saat sedang berpuasa. Hebatnya Gompal adalah dia tidak membatalkan puasa meski didera rasa lelah dan haus. Tetap ceria hingga waktu berbuka tiba.

Kini si jago futsal sudah pergi meninggalkan dunia yang fana ini menuju dunia yang kekal serta di dalam penjagaanNya. Tiada lagi senyum cerah si pemakai sepatu merah. Sungguh berat terasa namun semua sudah menjadi ketetapan Sang Khaliq dan tidak ada yang dapat merubahnya. Tubuhnya memang tlah menyatu dengan bumi namun jiwanya kan selalu hidup di tengah-tengah orang-orang yang mencintainya.

Mengenang yang tlah pergi
Bekasi sunyi
22 feb. 2009

-rf-

1 komentar:

Unknown mengatakan...

inna lillahi wa inna illahi rojiun