Rabu, 12 Desember 2012

MENGEJAR MIMPI BERSAMA KEKASIH HATI

Sebulan belakangan ini saya dan suami memiliki rencana untuk memiliki kendaraan sendiri lewat cara mencicil alias kredit. Rajinlah kita mencari berbagai informasi mengenai tipe yang kita inginkan serta prosedur cara pengajuan kreditnya. Sempat ciut juga ketika mendapati terdapat ketentuan besaran DP 20% pada semua produk kendaraan roda empat -baca: mobil-. Kalau dana sebesar itu ya jelas kita tidak punya untuk saat ini tetapi itu tidak menghalangi niat kami untuk berusaha.

Singkat cerita jatuhlah pilihan kita pada dealer Daihatsu Bekasi. Yup, kita sepakat mau ambil Xenia putih. Suami saya sudah mengisi formulir pengajuan kredit dan menyerahkan uang tanda jadi sebesar Rp 5,000,000,- pada saat itu kami merasa bahagia sekaligus bangga karena kami sudah bisa sampai pada tahap ini. Optimislah kita untuk pilihan yang satu itu. Tak berapa lama, suami mendapatkan tawaran dari bos nya untuk membeli Honda Freed secara kredit dengan penjamin bos tersebut. Mulailah tumbuh rasa gundah pada diri kami. Setelah melalui pertimbangan maka kami sepakat untuk menindaklanjuti tawaran dari kantor suami dan membatalkan Xenianya.

Untuk hal ini, kami sudah membuat estimasi tersendiri yang disesuaikan dengan kondisi keuangan yang kami miliki. Kami berharap tenor yang panjang hingga 10 tahun sehingga bisa meringankan kami dalam pencicilan. Siapa sangka, ternyata perkiraan kami meleset dan angka yang diberikan bank tidak masuk dalam anggaran kami. Berbagai rasa campur baur menjadi satu pada saat itu. Ingin marah pada bank karena tidak memberikan tenor yang lebih panjang, marah pada diri sendiri karena belum memiliki penghasilan yang bisa mencukupi hal ini, sedih dan kecewa karena mimpi untuk memiliki kendaraan dari hasil jerih payah kami bersama, saking campur aduknya sampai air mata turun. Saya menjadi sangat emosional dan tidak bisa berpikir jernih. Beruntung saya memiliki suami yang pengertian dan mengerti diri saya sehingga dia bisa menenangkan kegundahan yang saya rasakan pada saat itu.

Hingga saat ini belum ada tindak lanjut yang bisa kami lakukan. Yang pasti kami sudah membulatkan tekad untuk meneruskan proses yang sudah ada dan tetap berpikir positif terhadap ikhtiar yang kami jalani bersama. Saya bersyukur dalam menghadapi semua ini saya ditemani oleh suami yang baik dan bisa menenangkan hati. Meski sebetulnya dia pun memiliki kegundahan tersendiri namun dia bisa menguasainya dan memberi arahan kepada istrinya yang galau. Ya Allah...terima kasih Kau telah menganugerakan kekasih hati yang bisa menjaga hatiku agar tetap ingat kepadaMu. Kami berharap semoga kami bisa bertahan menjalani semua aral melintang yang mungkin ada...aamiin....


Bedroom, Dec. 12, 2012

-rf-

Tidak ada komentar: