Senin, 03 Juni 2013

UJIAN MENJADI ORANGTUA

Kalau ada yang bilang jadi orangtua itu susah, ada benarnya. Kalau ada yang bilang jadi orangtua itu harus sabar, itu benar banget! Kalau ada yang bilang jadi orangtua itu pilihan, maka saya yakin akan banyak yang setuju. Kalau ada yang bilang jadi orangtua itu tantangan, memang gak salah. Intinya jadi orangtua itu perpaduan dari banyak hal yang kalau diramu dengan benar maka hasilnya baik dan bermanfaat. Tapi kalau sampai salah resep, ya wassalam jadinya....

Dulu waktu masih jadi anak kecil masih belum kebayang rasanya jadi orangtua. Yang ada di benak saya namanya orangtua itu capek. Laki-laki harus jadi ayah yang kerja hampir setiap hari dan kadang malah pergi jauh ( seperti papa saya yang sampai sekarang lokasi kerjanya ratusan kilometer jaraknya dari rumah), sementara yang perempuan harus jadi ibu yang ngurusin segala urusan rumah tangga dan gak kalah capek. Namanya juga masih kecil, jadi belum bisa melihat secara objektif. Sebagai anak kecil juga saya memandang orangtua saya sebagai pelindung saya dari segala marabahaya. Hmmm...meski tidak selalu, secara garis besar orangtua saya mampu memberikan rasa "aman" bagi saya di waktu kecil.

Beranjak remaja sudut pandang saya mulai berubah. Saya mempersepsikan orangtua sebagai pemegang segala keputusan yang harus diikuti oleh anak. Saya masih ingat beberapa peraturan yang diterapkan di rumah seperti; maghrib s/d isya tv dan radio harus mati, harus ngaji setelah maghrib, pulang tepat waktu, tidak melawan orangtua, dll. Otoriter memang, tapi saya patuh. Awalnya karena takut maka saya menuruti semua ketentuan itu. Lama kelamaan saya mulai terbiasa dengan peraturan dan mulai bisa menjalani.

Masa dewasa awal orangtua mulai memberikan saya kepercayaan lebih sehingga saya merasa lebih "bebas" namun tetap bertanggungjawab. Saya boleh berkendaraan sendiri. Boleh memilih calon pendamping sendiri. Bisa mengikuti berbagai aktivitas yang saya sukai, dll. Kedewasaan saya mulai tumbuh dan kepribadian saya mulai matang. Orangtua lebih berperan sebagai teman sekarang.

Setelah menikah maka orangtua kembali ingin menjadi "pelindung" bagi anak dan cucunya. Ada senangnya dan ada juga sedihnya. Senang karena orangtua masih peduli dan memberi perhatian banyak kepada keluarga kecil di rumah. Sedih ketika kita berbeda pandangan mengenai cara mengasuh anak. Saatnya bernegosiasi dan meningkatkan ambang toleransi. Apa mau dikata memang inilah fase yang harus dilalui.

Saat ini saya dan suami adalah orangtua dari seorang putra yang baru beranjak 3 tahun. Secara fisik ia mulai tumbuh dan secara psikis ia mulai berkembang. Saya bisa prediksikan anak saya memiliki kecerdasan di atas rata-rata karena ia memiliki pemahaman yang sangat baik. Ia mampu menyerap hal-hal yang ada di sekitarnya dengan cara eksplorasi dan mau bertanya tentang hal-hal yang belum ia ketahui. Menakjubkan bukan?! Allah memang maha adil, memberikan anugerah yang tak terhingga melalui nikmat anak yang diamahkan kepada kami. Alhamdulillah....

Karena perkembangan motorik dan kognitif membuat anak saya menjadi aktif bertanya dan mengeksplorasi lingkungan sekitar. Sudah tak terhitung berapa jumlah mobil-mobilan yang dirusak, tembok yang dicorat-coret, hp yang hang karena sering dibanding....sungguh luar biasa!!! But that doesn't make me love him less...

Sejak kemarin anak saya memang sedang membuat ulah untuk mendapatkan perhatian. Saya jadi membayangkan apa yang akan terjadi jika saya hamil lagi ya....sepertinya ia akan cemburu dan mencari perhatian ke orangtua saya. Mudah-mudahan Allah bimbing anakku agar menjadi anak sholeh penyejuk hati kedua orangtua....aamiin.....

Home sweet home...


-rf-

Tidak ada komentar: