Kalau dihitung-hitung
sejak awal mulai aktif mengerjakan tesis sudah hampir 6 bulan. Diawali dengan
Maret setelah jeda 1 bulan sejak penolakan proposal terakhir, butuh keberanian
untukku memulai kembali proses yang melelahkan. Selain keberanian, energi fisik
juga harus ku kerahkan hingga batasan akhir yang ku punya. Terkadang aku
mengerjakan tesis di malam hari setelah Haekal tidur. Terkadang aku
mengerjakannya di kantor di sela-sela pekerjaan yang lain. Terkadang aku
mengkhususkan waktu beberapa jam di perpustakaan kampus untuk mengerjakan tesis
baik sebelum ataupun sesudah bimbingan. Cukup melelahkan but it’s worthed J.
Untuk sistem dengan
pembimbing pertama, aku meletakkan draft di mejanya dan setelah 2-3 hari aku
akan kembali mengambil dan menerima revisi dari beliau. Sedangkan dengan
pembimbing kedua aku lebih intens karena jujur aku merasa lebih nyaman dengan
beliau. Jadi setiap Selasa atau Jumat sore, terkadang Rabu malam aku bertemu
beliau dan mendiskusikan draft tesis yang sudah ku buat. Aku merasa nyaman
berdiskusi dengan Pak Isrizal karena aku merasa di balik sikap kakunya beliau
adalah orang yang hanif. Selain itu untuk bagian intervensi dengan teknik yang
aku gunakan, beliau jauh lebih menguasai dibandingkan dengan pembimbing
utamaku.
Alhamdulillah sekarang
draft tesisku sudah disetujui oleh kedua pembimbing, tinggal membuat jurnal dan
mengumpulkan uang barulah aku akan mendaftarkan diri untuk sidang tesis.
Mengingat kembali masa-masa 6 bulan ke belakang sering membuat aku tersenyum
sendiri. Gosh, it took years until I get this far. Thank you Allah for always
guiding me through life.
Kalau dipikir-pikir lagi,
kejadian mengerjakan tesis ini hampir mirip seperti ketika aku akan
menyelesaikan skripsi. Yup, skripsku molor 1 tahun dan sekarang tesisku molor
2,5 tahun! Hahahaha…. I’m laughing at myself for this. Sepertinya aku punya
kecenderungan prokrastinasi terhadap tugas akhir kuliah. Ketika aku merasa
belum punya cukup keberanian atau tujuan setelah menyelesaikan kuliah maka aku
akan menyibukkan diri dengan kegiatan lain sebagai aktualisasi diri. Seolah aku
ingin membuktikan pada diri sendiri dulu bahwa aku mampu berkarya dan smart
enough to finish the final task. So called ‘mental block’ hehehe
Akibat perilaku menunda ini
menimbulkan konflik yang keras terutama dengan mama. Mama dengan tuntutannya
agar aku menyelesaikan kuliah S2. Mama menyalahkan pernikahanku sebagai
penyebab utama tertundanya kelulusanku. Dan hampir setiap ada kesempatan pasti
masalah kuliah ini dibahas dengan nada tinggi tentunya. Mama tidak mau bertanya
apa sebenarnya yang menjadi hambatanku dan aku pun terlalu takut untuk
bercerita apa yang sesungguhnya menjadi hambatanku. Semenjak ade Rizky
meninggal aku seperti hilang arah dan tujuan. Aku tidak bersemangat dalam
menjalani hidup. Aku berpikir tidak ada gunanya aku menyelesaikan kuliah karena
ade sudah tidak ada. Tujuan awal aku melanjutkan studi adalah untuk bekal kelak
membiayai kuliah ade semata wayangku. Tapi takdir berkata lain dan beginilah
hidupku jadinya.
Targetku sekarang adalah
menyelesaikan jurnal lalu daftar sidang sebelum libur Idul Fitri. Hayuuk atuh
semangat! Someday I’ll remember this with a smile upon my face J.
Ramadhan
day 6
-rf-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar