Kamis, 26 Maret 2009

PERATURAN YANG TAK BERLAKU

Matahari baru saja tenggelam di ufuk barat dan semburat malam mulai menggayuti langit. Sepanjang jalan pulang lalu lintas begitu padat sehingga menimbulkan kemacetan di sana-sini. Jalan tol pun yang konon katanya bebas hambatan tak pelak juga mengalami kemacetan yang sama. Dan di penghujung sore itu aku harus bersusah payah berdiri tegak mencoba sebaik mungkin menjaga keseimbangan agar tidak terjatuh setiap kali sopir bus merem kendaraannya tersebut.

Sudah menjadi suatu hal yang biasa setiap kali pulang sore berdesakan di dalam bus kota. Penumpang yang berjubel kebanyakan adalah warga Bekasi yang bekerja atau bersekolah di daerah Senen dan sekitarnya dan setiap harinya mereka memanfaatkan jasa bus kota untuk mengantarkan mereka ke tempat tujuan masing-masing.

Memasuki tahun ketiga perkuliahan terasa semakin berat bagiku. Tugas-tugas dari para dosen datang pada waktu yang bersamaan. Tiada hari tanpa dikejar deadline. Fiuuh…kalau sudah begitu kepalaku seperti mau pecah. Seperti di sore itu, rasa lelah dan penat bercampur menjadi satu sehingga membuatku ingin segera sampai rumah dan merebahkan diri di kamar.

Sesampainya di rumah waktu sudah menunjukkan pukul 6:30 sore. Cepat-cepat aku masukkan motor lalu bergegas menuju kamarku. Saat hendak masuk ke kamar aku berpapasan dengan adik lelaki ku yang baru berusia 13 tahun, sepertinya dia baru saja mengerjakan sholat maghrib karena ia masih mengenakan sarung. Feelingku menyatakan bahwa mestilah kamarku berantakan bekas si ade. Dan benar saja, aku bersusah payah menahan amarah karena ku lihat sajadah yang masih terhampar dan belum dilipat kembali bekas pakai ade waktu sholat maghrib.

“Ade…!!!” panggilku dengan nada tinggi karena kesal.

“Hmmm…!!!” sahut ade dengan nada suara yang ditekan seperti acuh tak acuh.

“Sini dulu!” perintahku kepada ade.

“Apaan?” dengan malas-malasan ade masuk ke kamarku, wajahku berkerut menandakan resistensinya terhadapku.

“Kamu abis sholat di kamar teteh ya? Kenapa sajadahnya gak dilipat lagi?! Bla….bla….bla….” dan aku meracau tanpa henti sebagai wujud protes sekaligus teguran terhadap ade yang ku anggap tidak bertanggungjawab sudah memakai kamarku tapi tidak dirapikan kembali.

Setelah mengerahkan segenap tenaga yang masih tersisa setelah seharian berjibaku dengan perkuliahan di kampus aku memarahi ade dengan harapan dia tidak akan mengulangi perbuatannya dan merapikan kembali barang-barang yang sudah ia gunakan. Tapi sepertinya usaha ku sia-sia adanya. Ade seolah acuh dan menganggap teguranku sebagai angin lalu saja. Ade menjawab singkat saja padaku:

“Teteh ntar mau sholat juga kan?! Ya udah pake aja sajadah bekas ade” lalu tanpa rasa bersalah ade meninggalkan aku yang hanya bisa termangu karena di”skak-mat” oleh bocah 13 tahun.

Keesokan harinya aku menuliskan sebuah peraturan di whiteboard yang ku gantung di kamarku: “RAPIKAN KEMBALI SAJADAH SETELAH SELESAI SHOLAT!!!”. Dengan senyum penuh keyakinan bahwa cara ini pasti ampuh, lalu aku meninggalkan kamar dengan hati yang tenang menuju kampus dan menjalani aktivitas perkuliahan yang padat seperti biasa.

Namun siapa sangka ketika malam itu aku pulang dan memasuki kamar ternyata keadaan tidak berubah. Sajadah masih terhampar dan di atas kasur sarung ade tergelatak begitu saja tanpa dilipat. Dan begitu mataku memandang ke arah whiteboard ada tulisan lain yang bukan tulisan tanganku melainkan tulisan tangan ade yang letaknya persis di bawah peraturan yang ku buat tadi pagi. Tulisan ade berbunyi: “BERESIN AJA SENDIRI! Hahahahaha” Karena sudah tak tahan akhirnya aku panggil ade dengan setengah berteriak: “Adeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee………!!!” bukannya sahutan yang ku dengar melainkan suara tertawa keras dari luar kamar. Kontan ku kejar ade yang berlari menghindar dariku sambil berteriak meminta tolong pada mama: “Mamaaaaaaaaaaaaaaaaaaa….!!! Teteh ni mah!!!”
Akhirnya tanpa perlu bersusah payah ku tangkap ade dan ku kelitiki dia sampai tertawa terbahak-bahak. Lalu aku pun ikut tertawa bersamanya dan semua lelah serta amarah pun hilang dengan seketika. Ade selalu pandai meluluhkan hati ini….

Teteh sayang kamu, de’….selalu untuk selamanya….

Mengenang dia dengan senyuman
23/3/2009
-rf-

Tidak ada komentar: