Sudah sebulan ini hatiku gundah gulana menahan resah karena sebuah ingin yang belum jua dapat terwujud jadi nyata. Keinginan sederhana yang karena beberapa hal menjadi tertunda hingga saat ini. Aku ingin dapat menyaksikan film LASKAR PELANGI (LP) bersama Martabaters, especially adik-adik…..
Sejak pagi senyum di wajahku kerap muncul meski tak ku undang aku bahagia karena kemungkinan besar hari ini aku akan menonton LP bersama Martabaters. Jika ahad yang lalu acara nonton bareng terpaksa batal atau lebih tepatnya ditunda karena kehabisan tiket, maka hari ini aku yakin 110% (tambah 10% biar kesannya yakin banget!) kalau acara nonton bareng akan terlaksana .
Alhamdulillah kepastian terlaksananya acara ku dapatkan sekitar pukul 10:59 lewat sms dari mba mel. Senyumku makin betah berlama-lama di wajahku yang dah mulai kusut karena kepanasan :p Waktu menjadi lebih cepat berlalu dan adzan dzuhur pun tiba menandakan datangnya waktu sholat sekaligus berakhirnya waktu belajar adik-adik di Mabes. Hatiku bergumam….”Asyik…..bentar lagi aku bisa liat aksinya Ikal cs ”
Teriknya sinar matahari menerpa di wajahku tak ku pedulikan. Dengan riang ku langkahkan kaki menuju perhentian angkot di ujung jalan. Dengan menumpang angkot aku dan Martabaters lainnya tiba di Slipi Jaya sekitar 15 menit sebelum film diputar. Makin semangatlah aku
Film pun diputar sesaat setelah aku memasuki studio 3. Duduk di sebelah ku adalah Bagas, salah satu adik YM yang turut andil dalam mengusahakan terwujudnya acara nonton bareng hari ini. Aku sempat berterima kasih atas usahanya yang sudah mengantri tiket sejak pagi Setelah percakapan pendek itu kami kembali terpaku pada film LP yang tengah diputar di hadapan kami.
Cerita luar biasa mengenai perjuangan anak-anak SD Muhammadiyah Gantong, Belitong ini memang sudah lama ku tunggu-tunggu kehadirannya di layar lebar. Aku berada di persimpangan antara penasaran dengan visualisasi dari novel yang berjudul sama, juga perasaan takut kecewa karena harapan yang terlalu tinggi terhadap film tersebut.
Secara umum film itu masuk kategori bagus dan mendidik tutur kata melayu serta latar pemandangan indah alam Belitong semakin mempercantik film yang konon sudah disaksikan oleh sekitar 1,5 juta penduduk Indonesia. Soundtracknya pun enak terdengar di telinga. Ceritanya pun menyentuh relung kalbu para pecinta film Indonesia yang menyaksikan film ini.
Kisah tentang 10 anak yang dijuluki Laskar Pelangi oleh guru yang biasa mereka sapa bunda guru dalam menjalani hari-hari mereka sebagai siswa (nyaris) angkatan terakhir SD Muhammadiyah, Gantong. Ketulusan Ibu Muslimah mengharubirukan perasaanku. Perkataannya bahwa anak miskin pun berhak untuk belajar semakin membakar semangatku untuk memperjuangkan hal yang sama dengan caraku sendiri. Filosofi hidup Pak Harfan yang memberikan sebanyak-banyak yang ia bisa dalam hidup kepada siswa-siswanya seolah mampu menggambarkan kecintaannya kepada murid-muridnya.
Wajah lucu Mahar yang suka angguk-angguk ketika sedang mendengarkan radio. Rambut ikal si Ikal serta kejeniusan Lintang turut berkontribusi dalam mewarnai kisah ini. Bu Muslimah yang begitu lembut dan bersahaja. Sampai dengan tokoh Pak Ma’mun yang naksir berat Bu Muslimah tapi selalu dicuekin oleh yang ditaksir. Lucu lah dan lumayan enak ditonton buat bursting semangat juga buat menghibur diri dengan berbagai kekonyolan yang ditampilkan.
Ketika film sampai pada adegan di mana Lintang hendak mengucapkan perpisahan bersama dengan teman-teman yang lain seolah meninggalkan perih di hatiku. Betapa berat tuk menanggung beban keluarga bagi anak seusia Lintang. Adegan ketika Lintang mengendarai sepedanya perlahan pergi meninggalkan Bu Muslimah dan anak-anak yang lain sungguh telah melarutkanku dalam kesedihan yang mendalam. Melihat Ikal berlari mencoba mengejar sahabat yang pergi meninggalkannya seorang diri berderai air mata. Tanpa terasa air mata mulai menetesi kedua pipiku. Dan pada akhirnya film diakhiri dengan adegan ketika Lintang menerima kartu pos Ikal yang dikirim dari Perancis. Mimpi Ikal terwujud menjadi nyata, mendapatkan beasiswa kuliah di Perancis.
Belum kering air mataku ketika Bagas yang sedari tadi duduk di samping ku mengeluarkan komentar: “Filmnya bagus ya ka! Sedih….” Ujar Bagas dengan raut wajah khasnya. Akupun meng-iyakan pendapat Bagas tersebut. Aku lega karena aku beranggapan bahwa Bagas turut merasakan apa yang kurasa. Hebat Bagas mampu memahami inti dari film LP yang baru saja selesai kita tonton. Aku kagum padanya.
Saat hendak beranjak dari bangku menuju pintu keluar studio, Bagas menoleh ke arahku dan meluncurkan sebuah pertanyaan yang melunturkan semua asumsi ku yang baru saja selesai ku buat. Dengan polosnya dia bertanya: “Jadi sebenarnya yang ke Paris itu Ikal apa Lintang, kak???!!!?” Aku tak mampu menahan tawaku….semua perkiraanku salah. Ternyata Bagas masih bingung dengan jalan cerita LP :-D kepolosan yang tulus hingga meninggalkan jejak kenangan indah dalam memoriku bersama Martabaters .
Berbagai macam kesan unik adik-adik semakin menambah seru suasana hatiku di hari itu. Ada Bagas dengan kepolosannya, Sahl yang tidak sungkan memperlihatkan wajah bingungnya, Chika yang terlihat begitu meresapi jalan cerita LP, Anah dan Rini yang senyum-senyum selesai nonton, Komar dengan mata bengkaknya (itu karena dia sempat tertidur di pertengahan film). Dan masih banyak lagi keunikan yang tak sanggup tuk ku tuliskan di sini. The bottom line was I really had a good time with all of them .
Syukur Alhamdulillah acara ini dapat berjalan dengan lancar. Dan terima kasih juga kepada para donator mba Ina, mba Reni, mba Liba, dll atas ketulusannya hingga senyum bahagia pun dapat kembali terlukis di wajah adik-adik yang kita sayangi . Thank u 4 everything!!!
Sunday, October 19, 2008
-rf-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar