Setiap manusia adalah individu yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Terdapat kekhasan pada diri masing-masing yang tak kan sama dengan individu yang lain. Sungguh beraneka ragam kepribadian manusia . Maha Besar ﷲ dengan segala kemampuanNya untuk menciptakan berbagai hal di dunia ini.
Keragaman manusia tidak hanya dalam wujud fisik saja, tetapi juga pola pikir mereka berbeda antara satu dengan yang lain. Dari pola pikir inilah manusia memiliki perspektif masing-masing yang sama beragamnya. Perbedaan perspektif pada akhirnya akan menghasilkan perilaku yang berbeda pula dalam mengatasi suatu masalah.
Dua orang yang berbeda maka dua perspektif yang berbeda pula. Meski berhadapan dengan situasi yang sama maka perilaku yang akan ditampilkan pun akan berbeda dengan sendirinya. Hal ini dapat terjadi pada anak kembar identik sekalipun.
Begitu pula yang terjadi pada satu tim yang terdiri dari beberapa kepala yang tentunya masing-masing memiliki pola pikir yang berbeda. Setiap kepala telah terisi dengan berbagai informasi yang didapatkan selama perkuliahan, yang sewaktu-waktu memori itu akan direcall ketika dibutuhkan oleh yang empunya kepala.
Repotnya ketika perspektif itu memiliki sudut yang tajam maka pandangan yang ditampilkan pun akan bersinggungan dengan pandangan lain yang berasal dari sudut yang tak kalah tajamnya. Friksi adalah satu hal yang sulit dihindari ketika hal ini berlangsung.
Setiap diri haruslah mampu mensintesakan bekal ilmu yang dimilikinya guna menghasilkan sebuah pandangan yang dengan kebijaksanaan dikemukakan kepada rekan lain hingga dapat ditemukan jalan keluar yang sebaik-baiknya. Menyesuaikan perspektif diri dengan perspektif orang lain adalah salah satu cara untuk menghindari friksi. Ditambah dengan sedikit kebijaksanaan serta keluasan hati untuk menerima perspektif orang lain maka hilangnya konflik merupakan suatu keniscayaan.
Nampak mudah dikatakan namum tak semudah pelaksanaannya. Tetapi bukan suatu hal yang mustahil juga untuk dapat menjadi suatu kenyataan. Terimalah kenyataan bahwa perbedaan perspektif akan selalu hadir seiring dengan keragaman manusia sebagai individu yang memiliki kekhasan tersendiri. Menerima perspektif orang lain bukanlah suatu pemakluman. Menerima adanya suatu perbedaan adalah sunnatullah. Selama diri memiliki argumen yang kuat dan sesuai dengan keilmuan yang terkait, maka tetaplah teguh dengan perspektif yang kau miliki. Tetapi ingatlah, bahwa keteguhan itu harus senantiasa diiringi dengan kebijaksanaan .
Late afternoon in my cozy bedroom
April 4, 2008
-rf-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar