Created By: Rika Fitriyana
Kemampuan berbicara dapat membantu anak dalam memenuhi kebutuhannya. Bicara diartikan sebagai bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Selain itu bicara merupakan perilaku membuat suara dengan menggunakan organ tubuh seperti paru-paru, mulut, lidah, gigi, dsb.
Sebagai alat komunikasi maka bicara memainkan peranan penting bagi perkembangan anak. Dengan bicara anak dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan serta sangat membantu dalam interaksi sosial yang dilakukannya. Ketika bicara mengalami keterlambatan maka hal ini akan mempengaruhi penyesuaian sosial dan pribadi anak.
Pengertian Keterlambatan Bicara
Ketika anak tidak mampu berbicara seperti layaknya anak lain yang seumuran, maka anak ini dapat dikatakan mengalami keterlambatan bicara. Menurut Hurlock (2003) apabila tingkat perkembangan bicara berada di bawah tingkat kualitas perkembangan anak yang umurnya sama yang dapat diketahui dari ketepatan penggunaan kata, maka hubungan sosial anak akan terhambat sama halnya apabila keterampilan bermain mereka berada di bawah keterampilan teman sebayanya.
Secara umum, seorang anak dikategorikan mengalami keterlambatan bicara jika perkembangan bicaranya secara signifkan berada di bawah norma anak-anak yang seumuran dengannya. Anak dengan keterlambatan bicara memiliki perkembangan bahasa khas yang lebih muda dari usia kronologisnya; keterlambatan bicara anak mungkin saja terletak pada sekuen normal namun masih lebih lambat dari rata-rata. Untuk menentukan hal itu, maka harus memahami tahap perkembangan bahasa yang normal.
Anak dikategorikan mengalami keterlambatan bicara jika anak tidak mampu melakukan beberapa hal:
1. Mengucapkan kata yang sedehana secara jelas pada usia 12 s/d 15 bulan.
2. Memahami kata yang sederhana (seperti kata “tidak”, atau “jangan”) pada usia 18 bulan.
3. Berbicara dengan menggunakan kalimat pendek pada usia 3 tahun.
4. Menceritakan sebuah cerita singkat pada usia 4 s/d 5 tahun.
Faktor - faktor Penyebab Keterlambatan Bicara
Secara etiologi keterlambatan bicara dianggap sebagai manifestasi dari berbagai gangguan, yaitu:
1. Retardasi mental menjadi penyebab keterlambatan bicara secara umum, terhitung lebih dari 50 % dalam kasus ini. Semakin tinggi tingkat retardasi mental anak maka semakin lambat dia dalam melakukan bicara yang komunikatif.
2. Kehilangan pendengaran pada usia awal perkembangan anak akan berdampak pada keterlambatan bicara.
3. Keterlambatan perkembangan disebabkan keterlambatan pada proses neurologis sentral yang dibutuhkan untuk melakukan perilaku bicara.. Kondisi ini biasanya terjadi pada anak laki-laki dengan latar belakang keluarga dengan sejarah keterlambatan. Prognosis anak semacam ini baik, biasanya mereka akan mengalami perkembangan bicara yang normal ketika memasuki sekolah.
4. Gangguan berbahasa ekspresif, anak dengan gangguan ini mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa di usianya. Anak-anak ini memiliki tingkat inteligensi yang normal, pendengaran normal, hubungan emosional serta kemampuan artikulasi yang baik. Penyebab utama dari gangguan ini adalah disfungsi otak sehingga anak tidak mampu untuk menerjemahkan ide ke dalam ucapan. Anak biasanya menggunakan bahasa tubuh untuk membantu mereka dalam mengekspresikan kemampuan verbal mereka yang terbatas. Anak dengan keterlambatan bicara akan mampu berkembang sesuai dengan usianya, sementara anak dengan gangguan berbahasa ekspresif tidak akan mampu berkembang tanpa intervensi. Anak dengan gangguan berbahasa ekspresif cenderung berkembang menjadi dyslexia. Karena gangguan ini tidak dapat disembuhkan sendiri, maka diperlukan intervensi yang bersifat aktif.
5. Penggunaan dua bahasa di lingkungan rumah dapat menjadi penyebab temporal keterlambatan bicara dengan onset pada dua bahasa tersebut. Pemahaman bahasanya berada di bawah anak-anak normal seusianya, tapi biasanya ini dapat pulih sebelum usia lima tahun.
6. Deprivasi psikososial terdiri dari deprivasi fisik (kemiskinan, lingkungan yang kumuh, malnutrisi) dan deprivasi sosial (stimulasi linguistik inadekuat, ketidakhadiran orang tua, stres emosional, pengabaian) memberi dampak pada perkembangan bicara anak.
7. Autisme adalah gangguan perkembangan neurologist, onset muncul ketika anak belum mencapai usia 36 bulan. Karakteristik anak autis ditandai dengan keterlambatan dan deviasi perkembangan bahasa, kegagalan untuk mengembangkan kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain serta perilaku kompulsif, termasuk stereotip aktivitas motorik yang berulang-ulang. Bicara anak autis lebih mirip bersenandung dan kurang jelas. Anak autis secara umum tidak mampu melakukan kontak mata, banyak tersenyum, sering merespon ingin dipeluk atau menggunakan bahasa tubuh untuk berkomunikasi dan perempuan. Autisme kebanyakan diderita oleh anak laki ketimbang anak perempuan.
8. Mutisme elektif adalah suatu kondisi dimana anak tidak dapat berbicara karena mereka memang tidak menginginkannya. Biasanya anak dengan kelainan ini hanya berbicara dengan keluarga serta teman-teman mereka saja, tapi mereka tidak berbicara ketika berada di sekolah, tempat umum, atau ketika berhadapan dengan orang asing. Kondisi ini lebih sering muncul pada anak perempuan dibandingkan pada anak laki-laki. Penyebab umumnya adalah psikopatologi keluarga dimana anak terlalu bergantung pada orang tua. Anak biasanya bersikap negatif terhadap lingkungan, pemalu, kaku, dan menarik diri. Gangguan ini bisa menetap selama berbulan-bulan atau bahkan bersifat menahun.
9. Aphasia reseptif adalah penurunan pemahaman bahasa yang diucapkan; kesulitan memproduksi kata dan keterlambatan bicara adalah konsekuensi dari ketidak mampuan ini. Anak yang mengalami aphasia reseptif biasanya memiliki bahasa tersendiri yang hanya dipahami oleh orang-orang yang terbiasa berinteraksi dengan mereka.
10. Cerebral palsy juga mengakibatkan anak mengalami keterlambatan bicara.
Banyak penyebab keterlambatan bicara, yang paling umum adalah rendahnya tingkat kecerdasan yang membuat anak tidak mungkin belajar berbicara sama baiknya seperti teman sebaya mereka yang kecerdasannya normal atau tinggi; kurng motivasi karena anak mengetahui bahwa mereka dapat berkomunikasi secara memadai dengan bentuk prabicara dorongan orang tua untuk terus menggunakan “bicara bayi” karena mereka mengira yang demikian “manis”; terbatasnya kesempatan praktek berbicara karena ketatnya batasan tentang seberapa banyak mereka diperkenankan bicara di rumah; terus menerus bergaul dengan saudara sekandung yang lebih muda atau saudara kembar yang dapat memahami ucapan khusus mereka dan penggunaan bahasa asing di rumah yang memperlambat bahasa ibu.
Salah satu penyebab yang tidak diragukan lagi paling umum dan paling serius adalah ketidakmampuan mendorong anak berbicara, bahkan pada saat anak mulai berceloteh, hal itu akan menghambat penggunaan kata-kata dan mereka akan terus tertinggal di belakang teman seusia mereka yang mendapat dorongan berbicara lebih banyak.
Kekurangan dorongan tersebut merupakan penyebab yang serius keterlambatan berbicara terlihat dari fakta bahwa apabila orang tua tidak hanya berbicara kepada anak mereka tetapi juga menggunakan variasi kata yang luas, kemampuan anak berbicara akan berkembang dengan cepat.
Evaluasi Klinis
Latar belakang perkembangan anak memainkan peranan penting dalam mengevaluasi anak yang mengalami keterlambatan bicara. Dalam membuat diagnosa, latar belakang perkembangan anak yang tidak melakukan celoteh pada usia 12 sampai dengan 15 bulan, tidak memahami perintah sederhana pada usia 18 bulan, tidak berbicara meski usianya sudah mencapai 2 tahun, tidak mampu membuat kalimat pada usia 3 tahun, atau mengalami kesulitan untuk menyampaikan cerita singkat pada usia 4 sampai 5 tahun.
Patut diperhatikan jika bicara anak tidak sesuai dengan anak normal yang seumuran dengannya. Terutama jika bicara anak tidak menunjukkan makna yang tepat pada umumnya berlaku pada tahap perkembangan bicara anak. Penyebab umum keterlambatan bicara anak adalah kecenderungan retardasi mental pada anak.
Riwayat kesehatan juga harus memasukkan sejarah sakit yang pernah dialami ibu selama masa kehamilan, trauma sesudah kelahiran, berbagai infeksi, usia kehamilan pada saat kelahiran, berat lahir, penggunaan obat-obatan sebelumnya, latar belakang psikososial, cara berbicara kepada anak, serta riwayat anggota keluarga yang pernah memiliki keterlambatan bicara.
Ψ Intervensi
Intervensi yang dapat dilakukan guna mengatasi keterlambatan bicara ini adalah dengan memberikan terapi bicara secara rutin. Selain itu, orang tua pun dapat melakukan beberapa hal guna meningkatkan kemampuan anak dalam berbicara, yaitu:
Bacakan cerita. Utamakan buku yang bergambar sehingga orang tua dapat menciptakan permainan menunjuk gambar serta memberi nama pada benda-benda milik keluarga.
Gunakan bahasa yang sederhana ketika berbicara dengan anak dan minta ia untuk menjawab berbagai pertanyaan. Pastikan bahwa orang tua berbicara dengan penjelasan yang keras ketika menjelaskan tentang hal yang sedang dikerjakan kepada anak.
Berikan respon sebagai penguat positif ketika anak berbicara.
Ulangi dan perluas setiap anak mengucapkan sebuah kata atau frase menjadi sebuah frase atau kalimat yang lebih panjang.
Bersabar dan memaafkan setiap kesalahan pengucapan yang dilakukan anak, beri ia kesempatan untuk mengucapkan apa yang ia maksudkan sebenarnya. Jangan paksa ia untuk berbicara terburu-buru.
Jangan paksa anak untuk bicara dengan menahan sesuatu yang ia butuhkan hingga ia dapat mengucapkan keinginannya. Akan lebih baik jika anak menunjuk segelas air jeruk misalnya, katakan: ”Apa kamu mau minum jus?” atau ”Oh, kamu ingin mengambil gelasnya ya”, dll, lalu berikan benda tersebut kepada anak. Memaksa anak bicara atau terus-menerus mengingatkan anak agar mereka menggunakan berbagai kata dapat meningkatkan stres dan juga frustasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel BM, Landa RM, Stark-Selz RE. Development and disorders of speech and language.
In: Oski FA, DeAngelis CD, eds. Principles and practice of pediatrics. Philadelphia:
Lippincott, 1994:686-700.
Coplan J. Evaluation of the child with delayed speech or language. Pediatr Ann 1985;14:203-
8.
Hurlock EB, PERKEMBANGAN ANAK Edisi Keenam Jilid 1, Jakarta: Penerbit Erlangga,
2003: 176.
McRae KM, Vickar E. Simple developmental speech delay: a follow-up study. Dev
Med Child Neurol 1991;33:868-74.
Whitman RL, Schwartz ER. The pediatrician's approach to the preschool child with language
delay. Clin Pediatr 1985;24:26-31.
http://en.wikipedia.org/wiki/Speech_delay yang direkam pada 1 Januari 2008 21:31:47 GMT
http://familydoctor.org/442.xml yang direkam pada 17 Januari 2008 07:48:10 GM6T.
http://www.aafp.org/afp/990600ap/3121.html yang direkam pada 19 Januari 2008.
http://www.keepkidshealthy.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar