Rabu, 29 April 2009

RINDU ADE..........

Sendiri aku terdiam di dalam kamar berkutat dengan literatur psikologi tentang modifikasi perilaku. Agak membosankan tapi mau bagaimana lagi ini adalah pilihan hidup jadi ku coba menikmatinya saja :)

Ku tutup telingaku dengan sebuah headset yang menghubungkanku dengan stasiun radio favorit aku dan ade ku. Terdengar alunan merdu suara Ariel vokalis Peter Pan. Aaaaah...grup musik favorit ade ku... Hati ku kembali terusik dengan pedih yang mengendap sejak kepergian ade tuk selamanya... Betapa rindu ini menghujam jantungku semakin dalam...

Tempat ku terdiam...di balik awan...
Aku terdiam...di balik hujan...

Hhhhh...dulu ade sering menyanyikan lagu ini dengan gaya khasnya :) adik lelaki ku... Kebanggaanku... Tumpahan kasih sayangku... Aaaaah....pedih nian rindu ini...makin pedih karena aku hanya bisa terdiam...

Hingga detik ini masih saja aku merindukannya. Ibnul qayyim menyatakan bahwa salah satu tanda cinta adalah rasa rindu terhadap yang dicintai... Dan memang benar...aku sangat mencintai ade rizky...



Dalam rindu
29 April 2009
(7:46 pm)

-teteh-

Minggu, 26 April 2009

ONDE MANDE....IT'S MONDAY!!!

Pagi ini ku paksa diri tuk bangun lebih pagi karena rencananya hari ini aku akan 'take off' dari rumah tepat pukul 6 pagi. Rute awal adalah Bekasi-Salemba. Dah kebayang sih apa yang akan terjadi selama perjalanan nanti. Dengan diiringi lambaian tangan from my beloved dad aku berangkat dari rumah sesuai dengan waktu yang ku rencanakan sebelumnya. Sinar mentari pagi cukup hangat jadi aku tidak keberatan juga tuk menerimanya dengan senang hati ^_^ -karena percuma juga ditolak lha wong sinarnya akan tetap nyampe tanpa bisa dicegah-.
Meski sudah membuat prediksi namun tetap saja aku terkaget juga dengan kondisi jalan tol yang macet parah sejak aku masuk gerbang tol barat Bekasi. Gak percaya??! Liat aja bukti otentik di bawah ini!



Tuk mengusir jengah aku pun memutuskan tuk berSMS ria dengan salah seorang teman adikku yang masih muda belia. Ternyata dia sedang malas sekolah karena sakit perut juga karena mendengar berita bahwa anak yang selamat dari kecelakaan yang merenggut nyawa 5 orang sahabatnya -termasuk adikku- akan masuk sekolah hari ini. Hmmm...aku dapat membayangkan perasaannya saat ini. Aku hanya bisa berujar "Cemangat....cembilan....cepuluh!!! \(^_^)/" dan hal itu lumayan bisa membuat kita tertawa :D

Menjelang pintu tol dalam kota kemacetan masih saja terjadi. Dan kali ini di hadapanku adalah sebuah truk bermuatan sapi beraneka warna -ada warna cokelat dan hitam-. Melihat para sapi yang tengah asyik memamah biak lumayan menghibur hati yang tengah lara karena terjebak kemacetan semacam ini. Tapi perasaanku berubah menjadi mual kala melihat salah satu dari sapi tersebut -yang warna cokelat tepatnya- mengeluarkan air liur berwarna putih busa. YAiks!!! Hampir saja aku muntah dibuatnya. Cepat-cepat aku pasang sign ke kiri berpindah jalur agar aku tidak perlu lagi berhadapan dengan pemandangan yang bisa merusak selera makanku seharian ini. Terjebak kemacetan itu sudah merupakan suatu siksaan bagiku apalagi kalau ditambah dengan pemandangan yang tidak sedap :( bisa makin merusak hariku.




Begitulah pagi ku hari ini. Moga aja semakin siang hari ku akan semakin baik, aamiin!!! Moga segala aktivitasku hari ini dapat berjalan dengan lancar dan diberi kemudahan, aamiin.


Keep UP my spirit!!!


Perpus (9:15 wib)

-rf-

Jumat, 24 April 2009

'LABEL'

Beberapa hari yang lalu aku mendapatkan kabar yang tidak mengenakkan tentang salah seorang sahabatku. Sebuah kabar yang menyentak dan terasa sangat mengganggu pikiranku. Jadi begini ceritanya....ada seseorang berinisial I bertanya pada temanku: "...dapet apa aja dari....-nama perusahaan-?" dengan nada merendahkan -ini menurut prediksiku-. Lalu temanku menjawab: "Banyaklah...yang pasti dapat banyak pelajaran dan pengalaman". Ternyata I tidak berhenti sampai di situ, dia lalu bertanya lagi dengan nada yang kurang lebih sama: "Si R apa kabar? masih liberal dia?" .........whuaaaaah....ketika mendengar cerita ini kontak emosiku tersulut. Bukan apa-apa, aku sangat merasa terganggu dengan 'label' liberal yang dengan seenaknya ditujukan kepada orang yang aku tahu benar tidak berpandangan seperti itu. Ini adalah sebuah berita buruk malah bisa dibilang sebagai fitnah yang kejam. Seseorang yang hampir tidak pernah berinteraksi dengan orang yang bersangkutan lantas dengan serta merta tanpa pertimbangan yang logis dan minim pengetahuan mengenai orang yang diberi 'label' berani mengeluarkan pernyataan semacam itu sungguh merupakan suatu tindakan yang gegabah sekaligus teledor.
Pemberian 'label' pada seseorang akan berdampak pada pencitraan orang tersebut. Jika 'label' itu positif maka citra yang ditimbulkan akan menjadi positif pula. Sebaliknya, jika 'label' negatif yang diberikan maka secara otomatis akan menjadi negatif pula citra orang tersebut di hadapan orang lainnya. Jika saja pemberian 'label' tersebut diberikan secara obyektif dengan melalui proses pengumpulan informasi yang jujur dan imbang terhadap orang tersebut maka hal tersebut tidak akan menjadi suatu masalah. Yang berbahaya adalah ketika pemberian 'label' tersebut diberikan dengan hanya berlandaskan emosi dan pemikiran yang picik maka tentu saja ini akan sangat merugikan.
Dengan melihat kasus tersebut di atas aku sampai pada satu kesimpulan bahwa mereka yang dengan mudahnya memberi 'label' pada orang lain tanpa pertimbangan matang terlebih dahulu sesungguhnya adalah orang-orang yang patut dipertanyakan kapabilitas intelektualnya. Jika hanya berkutat dan bergumul pada lingkungan yang homogen tanpa pernah berani bersinggungan dengan dunia luar yang lebih heterogen maka isi pikirannya pun bersifat 'dangkal'. Sangat disayangkan sikap semacam ini tumbuh subur di kalangan yang konon katanya adalah kalangan akademisi yang menjunjung tinggi keilmuan dan obyektifitas.
Semoga saja Allah swt memberi kesabaran bagi sahabatku dan membukakan pikiran orang tersebut agar tidak mengulangi lagi perbuatan yang dapat merugikan orang lain.


Wallahu'alam bisshowab....



Bekasi cerah,
25 April 2009


-rf-

Rabu, 15 April 2009

OH MY…OH MY….

Sore kemarin aku dan mama pergi menjenguk salah satu putra teman mama yang tengah dirawat di salah satu rumah sakit swasta di Bekasi. Kabarnya putra pertama teman mama yang juga teman dari (alm) adikku itu terserang DBD. Jadilah sore itu kamu pergi menjenguk dia. Cuaca agak mendung dan rintik hujan mengiringi sepanjang perjalanan kami menuju ke tempat tujuan. Sepanjang perjalanan aku asyik berbincang dengan mama tentang berbagai hal. Saling merefleksikan perasaan masing-masing semenjak kepergian ade dari kehidupan kami tuk selamanya.
Ketika tiba di rumah sakit waktu sudah menunjukkan beberapa menit jelang pukul 5 sore. Rumah sakit cukup ramai karena memang pada saat itu adalah waktu berkunjung maka tak heran jika lobby terlihat cukup penuh oleh manusia yang berasal dari Bekasi dan sekitarnya. Sambil menunggu teman-teman mama yang lain aku duduk di kursi cafeteria rumah sakit memisahkan diri dari mama dan ketiga temannya yang juga sudah tiba di rumah sakit. Aku menikmati kesendirian yang ku ciptakan sendiri pada saat itu.
Tak berapa lama rombongan teman-teman mama pun tiba lalu kami pun bergegas naik ke lantai 3 tempat anak teman mama dirawat. Lift dipenuhi oleh mama and frens jadilah ramai dengan suara gelak tawa ibu-ibu yang asyik mengobrol antara satu dengan yang lainnya. Aku sengaja memilih berdiri di dekat pintu lift agar tidak ‘tenggelam’ dalam perbincangan ibu-ibu yang terkadang membuatku merasa tidak nyaman.
Sesampainya di lantai 3 ternyata para ibu salah menerima informasi tentang kamar perawatan sehingga rombongan kami 2x salah memasuki kamar. Dalam hati aku berujar: “sabar…sabar…”. Mulailah kepanikan muncul dan saling menyalahkan. Daripada pusing mendengarkan mereka dan karena aku tidak mau mengalami malu akibat salah masuk kamar untuk yang ke-3x-nya maka ku putuskan tuk menelfon teman mama. Alhamdulillah diangkat dan pada akhirnya ketemu juga kamar yang kita cari.
Saat aku baru saja memasuki kamar tiba-tiba ada telfon masuk. Aku pun keluar dari kamar dan menerima telfon selama lebih kurang 8 menit. Sesungguhnya aku bersyukur dapat keluar dari kamar dan memisahkan diri dari rombongan karena memang aku benar-benar sedang ingin sendiri. Ketika aku masuk kembali ke kamar telfon ku berbunyi kembali dan kali ini daddy ku menelfon. Aku pun keluar lagi dari kamar dan lagi-lagi aku bersyukur dapat memisahkan diri dari rombongan. Alhamdulillah….terima kasih ya Allah…Kau memang betul-betul mengerti apa yang ku butuhkan saat ini, yaitu kesendirian.
Rombongan teman-teman mama pulang lebih dulu sementara aku dan mama masih tetap berada di kamar. Lalu kamipun berbincang-bincang berempat -aku, mama, teman mama, anak teman mama-. Aku cukup menikmati perbincangan karena memang aku telah cukup akrab dengan teman mama ini dibandingkan dengan rombongan ibu-ibu tadi yang kesemuanya ‘asing’ bagiku. Tak berapa lama rombongan tetangga dekat rumah tiba untuk menjenguk. Dan obrolan pun kembali berlanjut sementara aku dan mama keluar tuk berdiri di depan kamar memberi kesempatan bagi ibu-ibu yang baru tiba tuk beranjang-sana dengan yang sedang dirawat.
Dan rombongan kedua pun pulang sementara aku dan mama masih tetap berada di situ. Kali ini perbincangan dilanjutkan di luar kamar bertiga –aku, mama, teman mama-. Seperti yang sudah ku duga sebelumnya pertanyaan seputar pernikahan pun meluncur dari teman mama. Seperti biasa aku hanya senyum-senyum saja dan tidak memperpanjang lagi. Aku mulai lelah menghadapi pertanyaan semacam itu. Apalagi pada kondisi mental yang rapuh sejak kepergian ade maka aku merasa sangat tidak nyaman. Tapi berhubung yang bertanya adalah teman mama yang sudah ku kenal sejak aku masih kecil maka aku tidak ambil pusing dan ku anggap itu sebagai doa karena aku tahu kebaikan dan ketulusan teman mama yang satu ini.
Di saat kami tengah asyik berbincang datanglah rombongan ketiga yang tidak terlalu besar hanya 3 orang saja yang kesemuanya adalah tetangga di dekat rumahku. Kami pun masuk ke dalam kamar dan berbincang di sana. Di sela perbincangan tiba-tiba salah satu ibu berujar: “Bu, anak saya yang pertama nanyain anaknya bu… –disebutlah nama daddy ku- udah nikah belum ya?” sambil matanya tertuju kepadaku. O..ow…what’s going on here?! Lalu teman mama dengan ringan sambil tersenyum simpul menjawab: “Belum ni si teteh belum nikah. Udah biar pada besanan aja kan enak dah dekat”. Oh my…oh my…why me???!!! Aku hanya bisa tersenyum dan berlagak tidak terganggu sama sekali dengan usulan tersebut. Aku tidak ingin menyinggung perasaan si ibu yang punya anak lelaki seusiaku yang nampak berbinar matanya saat menatapku. Susah payah aku menahan tawa yang hampir meledak. Aku berdoa: “Ya Allah…selamatkan aku dari situasi ini…”.
Tak lama aku dan mama pun berpamitan karena sudah maghrib dan aku belum menunaikan sholat. Setelah sholat aku dan mama pergi meninggalkan rumah sakit menuju tempat berikutnya diiringi gelapnya malam dan rintik hujan. Insight yang ku dapat hari ini adalah harus pandai berdiplomasi menghadapi berondongan pertanyaan dari teman-teman mama seputar kehidupan pribadiku. Fiuuuh….benar-benar melelahkan….

Ruang komputer
Kamis, 16 April 2009
(7:06 wib)

-rf-

Minggu, 12 April 2009