Senin, 30 Maret 2009

MIX-FEELING

Ketika alarm berbunyi waktu tepat menunjukkan pukul 04:30 pagi. Mataku masih terasa berat dan tubuhku seperti luluh lantak tak bertulang akibat kelelahan. Ku paksakan diri tuk bangkit dan keluar kamar menuju ruang sholat namun baru pukul 5 aku mulai ‘resmi’ bersiap-siap dalam arti yang sebenarnya, yaitu; mandi, sholat shubuh, minum teh manis seteguk lalu berangkat.

Ketika keluar rumah hati ku didera dengan perasaan gelisah karena suatu permasalahan dan rencananya pagi ini aku hendak mencoba menyelesaikan agar tidak berlarut-larut. Selain itu aku juga merasa khawatir kalau jalanan akan menjadi sangat macet sebagai dampak dari long weekend kemarin. Dan benar saja begitu memasuki tol barat maka ruas jalan tol pagi itu sudah dipadati dengan berbagai macam jenis kendaraan roda empat bahkan lebih. Aku hanya bisa menghela nafas tuk tenangkan diri dan berkonsentrasi mengemudi.



Semakin dekat jarak dengan tempat tujuan aku didera dengan berbagai macam perasaan. Mulai dari takut kecewa, deg-degan, khawatir, cemas, marah, sedih, bersemangat bercampur menjadi satu. Namun aku juga sudah mempersiapkan diri tuk menghadapi kemungkinan terburuk. Yaitu PENOLAKAN!

Perih nian perasaan ketika harus mengakui bahwa perkiraan terburuk telah menjadi sebuah kenyataan pahit yang harus ku terima dengan lapang dada. Jantungku berdetak lebih cepat, tanganku gemetar, peluh membasahi wajah dan tanganku di kala itu. Tenggorokanku tercekat tak mampu berkata dan seketika rasa sakit menyeruak di dada kiriku seolah sebilah pisau telah menembus jantungku. Aku terima semua yang terjadi padaku. Sungguh!

Ramainya kendaraan yang memadati jalan pagi itu tidak sanggup mengisi kehampaan hatiku. Dalam hening ku kemudikan stir menuju tempat pertemuan berikutnya. Mataku menerawang jauh dan batinku menjerit. Laa haula wala quwwata illa billah…

Beberapa jam berikutnya ku habiskan dengan bercengkerama bersama seorang sahabat. Saling mendengarkan dan memberi dukungan. Mencoba menggali hikmah di balik semua peristiwa yang tengah kita alami. Benar-benar tidak mudah namun dengan kesungguhan dan niat baik serta usaha keras kami yakin kami pasti bisa melewati ini semua. Hari yang buruk datang di antara hari yang baik jadi semua ini pasti akan lewat dengan sendirinya.

30 Maret 2009
Late at night

-rf-

Kamis, 26 Maret 2009

PERATURAN YANG TAK BERLAKU

Matahari baru saja tenggelam di ufuk barat dan semburat malam mulai menggayuti langit. Sepanjang jalan pulang lalu lintas begitu padat sehingga menimbulkan kemacetan di sana-sini. Jalan tol pun yang konon katanya bebas hambatan tak pelak juga mengalami kemacetan yang sama. Dan di penghujung sore itu aku harus bersusah payah berdiri tegak mencoba sebaik mungkin menjaga keseimbangan agar tidak terjatuh setiap kali sopir bus merem kendaraannya tersebut.

Sudah menjadi suatu hal yang biasa setiap kali pulang sore berdesakan di dalam bus kota. Penumpang yang berjubel kebanyakan adalah warga Bekasi yang bekerja atau bersekolah di daerah Senen dan sekitarnya dan setiap harinya mereka memanfaatkan jasa bus kota untuk mengantarkan mereka ke tempat tujuan masing-masing.

Memasuki tahun ketiga perkuliahan terasa semakin berat bagiku. Tugas-tugas dari para dosen datang pada waktu yang bersamaan. Tiada hari tanpa dikejar deadline. Fiuuh…kalau sudah begitu kepalaku seperti mau pecah. Seperti di sore itu, rasa lelah dan penat bercampur menjadi satu sehingga membuatku ingin segera sampai rumah dan merebahkan diri di kamar.

Sesampainya di rumah waktu sudah menunjukkan pukul 6:30 sore. Cepat-cepat aku masukkan motor lalu bergegas menuju kamarku. Saat hendak masuk ke kamar aku berpapasan dengan adik lelaki ku yang baru berusia 13 tahun, sepertinya dia baru saja mengerjakan sholat maghrib karena ia masih mengenakan sarung. Feelingku menyatakan bahwa mestilah kamarku berantakan bekas si ade. Dan benar saja, aku bersusah payah menahan amarah karena ku lihat sajadah yang masih terhampar dan belum dilipat kembali bekas pakai ade waktu sholat maghrib.

“Ade…!!!” panggilku dengan nada tinggi karena kesal.

“Hmmm…!!!” sahut ade dengan nada suara yang ditekan seperti acuh tak acuh.

“Sini dulu!” perintahku kepada ade.

“Apaan?” dengan malas-malasan ade masuk ke kamarku, wajahku berkerut menandakan resistensinya terhadapku.

“Kamu abis sholat di kamar teteh ya? Kenapa sajadahnya gak dilipat lagi?! Bla….bla….bla….” dan aku meracau tanpa henti sebagai wujud protes sekaligus teguran terhadap ade yang ku anggap tidak bertanggungjawab sudah memakai kamarku tapi tidak dirapikan kembali.

Setelah mengerahkan segenap tenaga yang masih tersisa setelah seharian berjibaku dengan perkuliahan di kampus aku memarahi ade dengan harapan dia tidak akan mengulangi perbuatannya dan merapikan kembali barang-barang yang sudah ia gunakan. Tapi sepertinya usaha ku sia-sia adanya. Ade seolah acuh dan menganggap teguranku sebagai angin lalu saja. Ade menjawab singkat saja padaku:

“Teteh ntar mau sholat juga kan?! Ya udah pake aja sajadah bekas ade” lalu tanpa rasa bersalah ade meninggalkan aku yang hanya bisa termangu karena di”skak-mat” oleh bocah 13 tahun.

Keesokan harinya aku menuliskan sebuah peraturan di whiteboard yang ku gantung di kamarku: “RAPIKAN KEMBALI SAJADAH SETELAH SELESAI SHOLAT!!!”. Dengan senyum penuh keyakinan bahwa cara ini pasti ampuh, lalu aku meninggalkan kamar dengan hati yang tenang menuju kampus dan menjalani aktivitas perkuliahan yang padat seperti biasa.

Namun siapa sangka ketika malam itu aku pulang dan memasuki kamar ternyata keadaan tidak berubah. Sajadah masih terhampar dan di atas kasur sarung ade tergelatak begitu saja tanpa dilipat. Dan begitu mataku memandang ke arah whiteboard ada tulisan lain yang bukan tulisan tanganku melainkan tulisan tangan ade yang letaknya persis di bawah peraturan yang ku buat tadi pagi. Tulisan ade berbunyi: “BERESIN AJA SENDIRI! Hahahahaha” Karena sudah tak tahan akhirnya aku panggil ade dengan setengah berteriak: “Adeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee………!!!” bukannya sahutan yang ku dengar melainkan suara tertawa keras dari luar kamar. Kontan ku kejar ade yang berlari menghindar dariku sambil berteriak meminta tolong pada mama: “Mamaaaaaaaaaaaaaaaaaaa….!!! Teteh ni mah!!!”
Akhirnya tanpa perlu bersusah payah ku tangkap ade dan ku kelitiki dia sampai tertawa terbahak-bahak. Lalu aku pun ikut tertawa bersamanya dan semua lelah serta amarah pun hilang dengan seketika. Ade selalu pandai meluluhkan hati ini….

Teteh sayang kamu, de’….selalu untuk selamanya….

Mengenang dia dengan senyuman
23/3/2009
-rf-

Rabu, 18 Maret 2009

SEKARANG TETEH TAU RASANYA DE'....

Sore itu aku sedang menikmati waktu senggang dengan melihat-lihat acara TV. Remote control berada di tanganku dan aku sibuk "memainkan" tombolnya hingga bosan sendiri. Saat sedang memindahkan channel ke salah satu stasiun TV lokal yang sedang menayangkan sebuah video klip musik. Awalnya aku agak bingung karena antara suara si penyanyi dengan wajah tampak tidak sinkron. Aku tahu pasti wajah si penyanyi bukan orang yang muncul di video klip.

Di tengah kebingunganku tiba-tiba ade Rizky lewat di depanku ikutan nimbrung nonton TV. Terjadilah dialog di antara kami berdua:

"De', ni yang nyanyi siapa ya? kok suaranya Chrisye tapi mukanya Ariel?!" tanyaku sambil garuk-garuk kepala.

"Ah...masa sih teh?" ade awalnya tidak percaya namun setelah beberapa saat ade mulai ikutan garuk kepala sambil bergumam: "eh...iya...ya...kok bisa suaranya Chrisye padahal kan dia udah meninggal"

"Ini rekaman yang udah lama kali ya?!" tebakku asal.

"Iya kali" jawab ade sedikit acuh karena tidak mau ambil pusing.

Lalu kami pun menyimak lagu tersebut hingga selesai. Dan ketika menjelang berakhirnya video klip tersebut muncullah istri alm. Chrisye...

"Iya teh ini lagunya Chrisye! tuh istrinya muncul" ade sudah mendahuluiku berbicara.

"Iya bener, itu istrinya alm. Chrisye" jawabku singkat.

"Wah....kayak apa ya teh perasaan istrinya pas denger lagu ini? kan suaminya udah gak ada" wajah ade nampak serius saat menanyakan hal tersebut kepadaku.

"Pastinya sedih lah" ujarku kepada ade yang mulai asyik gigitin kuku sambil nonton TV.

"Ade aja sedih denger lagu ini apalagi istrinya ya teh" ade nampak menghayati setiap kata yang baru saja dia ucapkan.

Dan sore itu pun kita lewati bersama dengan penuh canda tawa.

Kini memori tersebut berkelebat di benak ku. Memenuhi ruang kosong di hatiku setelah kepergian ade rizky ku sayang. Hhhhhh....helaan nafas ini masih terasa berat semenjak ade tak ada di sisi ku lagi.

Kini tlah kusadari / dirimu tlah jauh dari sisi
kutau tak mungkin kembali kuraih / semua hanya mimpi
ingin ku coba lagi / mengulang yang telah terjadi
tetapi semua sudah tak berarti / kau tinggal pergi

Adakah kau mengerti kasih / rindu hati ini
tanpa kau disisi
mungkin kah kau percaya kasih/ bahwa diri ini
ingin memiliki lagi

kusadari kembali / ternyata semua khayal diri
kini kutau tak mungkin ada waktu / untuk mencintaimu lagi

mungkinkah kau percaya kasih / bahwa diri ini
ingin memiliki lagi
mungkinkah kau percaya kasih / bahwa diri ini
ingin memiliki
lagi…




Kini di tengah heningnya malam dalam kesendirianku, ingin ku sampaikan padamu de' bahwa sekarang teteh tahu pasti bagaimana rasanya kala mendengar lagu ini....
Rinduku selalu untukmu sayang,...
Ku dekap erat dirimu dalam doa,...
Ku bingkai indah kenangan kita bersama dalam kerinduan yang mendalam...

Sayangku untukmu,

18 Maret 2009

-rf-

Selasa, 17 Maret 2009

KEMBALI KE MARTABAT

Pagi ini cuaca nampak cerah dan hangatnya sinar mentari pagi menemaniku sepanjang perjalanan menuju Tambora. Rasanya hampir tak sabar ingin bertemu dengan adik-adik Martabat di sana . Sudah hampir 2 bulan aku vakum di Martabat sejak kepergian adik tercintaku Rahardian Rachmat Rizky tuk selamanya. Saat di dalam bus aku sengaja memilih tempat duduk di dekat kaca agar aku dapat menikmati perjalanan dengan menatap jalanan yang nampak lengang di hari Ahad ini.

Bus melaju cukup kencang namun aku tidak terganggu dengan hal tersebut sedikitpun. Aku hanya ingin menikmati perjalanan ini sembari menghibur hati yang tengah lara akibat kerinduan yang mendalam terhadap sosok yang ku cinta…ade rizky ku sayang… perlahan ku persiapkan diri agar nantinya bisa bersikap tegar ketika bertemu kembali dengan adik-adik ku di Tambora. Aku tak ingin merusak keceriaan mereka di hari yang indah ini dengan tangisanku.

Di tengah perjalanan Allah memberiku “kejutan” dengan pertemuan tak terduga dengan temanku mba Laily yang juga tengah menuju tempat yang sama denganku, yaitu Tambora. Sepanjang perjalanan menuju aula tempat kegiatan hari Ahad, aku dan mba Laily saling bertukar cerita tentang kegiatan kita sehari-hari. Mba Laily ini adalah seorang editor di majalah PARAS yang sudah lebih dahulu bergabung dengan Martabat jauh sebelum aku. Di tengah kesibukannya sebagai jurnalis, dia masih menyempatkan diri tuk bergabung dengan Martabat dan berbagi dengan adik-adik asuh di sana. Senang sekali aku bisa mendapatkan teman seperjalanan seperti mba Laily .

Sesampainya di aula waktu menunjukkan pukul 9:55 wib. Begitu aku memasuki aula aku disambut oleh adik-adik Martabat. Melihat aku dan mba Laily yang baru memasuki aula maka mereka langsung menghampiri dan mencium tangan kami berdua secara bergantian. Lagi-lagi Allah swt memberiku kebahagiaan .

Acara belajar pun di mulai tepat pukul 10 dan setelah mengucapkan salam yang dijawab dengan antusiasme adik-adik Martabat acara pun dilanjutkan dengan sesi check feeling yang pada kali ini dipandu oleh Wulan (8th). Manis sekali saat Wulan bertanya kepadaku: “Ka Rika sayang, bagaimana perasaannya hari ini?”. Senyum pun merekah di wajahku . Lagi-lagi Wulan mampu “menyentuh” hatiku kala dia berucap: “Perasaan Wulan hari ini senang, happy, karena bisa berkumpul sama teman-teman lagi dan juga Wulan senang karena hari ini bisa ketemu Ka Rika lagi yang udah lama gak datang ke sini”….uuugh….so sweet….

Sesi berikutnya dipandu oleh Ka Eka, temanku di Mantif yang juga seorang guru di Cikal. Lewat Ka Eka aku jadi bisa mengenal Martabat dan bergabung di dalamnya hingga hari ini. Ka Eka dengan berbagai games yang seru senantiasa menambah marak suasana belajar. Kali ini game bertemakan mengenal persamaan dan perbedaan membuat adik-adik jadi lebih mengenal lebih dalam satu sama lain. Ckckckckckckcckck…Ka Eka ini koleksi gamesnya banyak banget seakan gak ada habisnya!!!

Siangnya setelah selesai melaksanakan sholat dzuhur berjamaah Ka Eka kembali memberikan permainan bagi adik-adik lelaki sementara adik-adik perempuan berlatih menari Bali bersama Ka Arie. Aku dan mba Laily ikutan bermain bersama adik-adik lelaki karena mereka kekurangan personil hehehehehehehe. Jadilah kita bermain hingga pukul 2 siang hingga tamu-tamu yang dinantikan tiba di aula.

Melihat adik-adik tersenyum bahagia, tertawa bersama, menghabiskan waktu dalam keceriaan sungguh membuat diri ini tak hentinya bersyukur ke hadirat Allah swt. Kedukaan yang ku alami memang memberi “luka” di hati namun perlahan “luka” itu mengering dengan sendirinya seiring bergulirnya waktu. Allah kirimkan “obat” untukku melalui adik-adik asuh Martabat . Subhanallah!

Sayangnya aku tidak dapat mengikuti kegiatan Ahad ini sampai tuntas karena aku pamit pulang sebelum Ashar. Pelukan hangat dari rekan-rekan pengurus Martabat seakan menjadi kekuatan bagiku untuk kembali tersenyum dan menjalani hari esok yang telah menanti ku di depan sana.

Sendirian aku berjalan menyusuri gang sempit di kawasan yang konon merupakan wilayah terkumuh se-Asia Tenggara. Padatnya pemukiman membuat sinar matahari terkadang tidak mampu menembus ke dalam hingga gang-gang sempit pun berubah gelap gulita meski hari masih siang. Kegelapan seolah menjadi suatu hal yang biasa dan tidak perlu dipersoalkan. Kaki-kaki kecil itu sudah begitu terlatih menyusuri gang sempit lagi gelap gulita. Kerasnya kehidupan tak menjadi penghalang bagi mereka untuk tersenyum dan tertawa.

Ku bayangkan andai saja ade jadi berkunjung ke sini mestilah dia akan tersenyum manis melihat adik-adik Martabat. Tertawa lepas bersama dengan Aming, Irvan, Komar, Sahl, Syaifi, serta dikagumi oleh gadis-gadis kecil seperti Wulan, Mutia, Putri cs. Semoga saja niat baik ade untuk menengok adik-adik Martabat dicatat Allah swt sebagai amal sholeh meski hingga akhir hayatnya ade belum sempat melaksanakan hal tersebut.

Wallahu’alam bisshowab…



Bekasi cerah,
17 Maret 2009

-rf-

Kamis, 12 Maret 2009

Rabu, 11 Maret 2009

BELAJAR MOBIL YUUK!

“ Teteh hari ini libur ya?!”

“Iya, emang kenapa?”

“Hehehehehehehehe….belajar mobil yuuk!”

“Hah…??? Kemana???”

“JP aja sepi kok. Ade emang biasa ke sana, ade hafal kok jalannya…”

“Ummm….gimana ya?!.....tapi temenin teteh ke LIA dulu buat daftar TOEFL ya…”

“Iya…iya…”

“Ya udah kalo gitu teteh siap-siap dulu”

“Asyiik….!!!” Dan senyum lebar itu pun merekah indah di wajahnya.

Ketika itu hari Sabtu di bulan Juni setahun yang lalu. Ade memang libur setiap hari sabtu dan pada hari itu ade merayu diriku tuk mengajari dia stir mobil. Sebetulnya aku agak enggan tuk keluar di hari libur seperti itu namun demi melihat ade yang merajuk manja maka hati ini luluh juga. Toh tidak setiap hari dia berlaku seperti itu.

Di perjalanan awal aku curhat abis-abisan sama ade yang menyimak sambil gigitin kuku –“hobi” yang gak pernah bisa hilang bahkan sudah jadi ciri khas ade. Cerita macam-macam mulai dari soal kuliah, kerjaan, orang tua, teman-teman, film, sampe makanan. Pokoknya puas banget deh ceritanya dan ekspresif banget. Kalo pas ceritanya seru dan lucu kita bakal ketawa bareng. Dan kalo giliran cerita bĂȘte maka kita juga sewot bareng. Trus pas cerita sedih kita juga nangis bareng, kalo dah gitu aku biasa membelai lembut rambut ade yang hitam dan tebal itu.

Berhubung waktu menunjukkan hampir pukul 12 siang dan perut kita juga mulai keroncongan jadilah ku ajak ade makan di TORRY COFFEE kalimalang. Ternyata ketika kita sampai di sana tempatnya masih tutup dan baru buka pukul 1 siang. Jadilah aku puter balik cari tempat makan yang lain. Berhubung dah laper berat jadilah kita makan di tempat yang paling dekat yaitu CASTLE BURGER. Begitu kita masuk ternyata rata-rata yang sedang makan di sana itu pasangan semuanya jadilah kita iseng belagak sebagai pasangan juga dan gak mau kalah mesra sama pengunjung yang lain hehehehehehehehe…. Mulai dari posisi duduk yang deketan menjurus mepet, maen potong-potongan burger n hot dog serasa setia sampe geli sendiri. Konyol banget deh pokoknya :P tapi pas giliran bayar tetap aja aku yang buka dompet sementara si ade sibuk cuci mata :D

Selesai makan kita mo lanjut agenda utama hari ini yaitu belajar stir mobil. Waktu ngelewatin jalan Raden Inten ade sempat menunjukkan tempat futsal yang biasa ia kunjungi bersama teman-temannya.

“Nih teh tempat ade biasa maen futsal sama temen-temen ade.” Ujar ade memberitahu.

“Oooo…di sini. Teteh kira yang di gudang futsal dekat ujung kalimalang sana” jawab ku.

“Oh…enggak teh, ade gak biasa maen di situ kejauhan lagian enakan yang di sini lebih luas trus tempatnya lebih enak aja” ade memberi penjelasan ke tetehnya yang manggut-manggut meski agak gak paham juga dengan jawaban ade yang banyak pengulangan katanya.

“Eh de’, kita belum sholat dzuhur. Sholat dulu ya biz itu baru kamu belajar stir. Enaknya dimana ya???” tanyaku kepada ade.

“Masjid Al Azhar aja teh nanti dari situ kita keluar pintu belakang langsung tembus JP” solusi dari ade pun ku terima dengan bulat.

Saat mengerjakan sholat aku berada di tempat khusus wanita di belakang ade. Sebelum sholat aku pandangi ade dari jauh dan ku perhatikan dia hingga selesai sholat. Ade ku sudah besar dan semakin hari dia tumbuh semakin dewasa. Diam-diam rasa bangga menelisik hatiku dan ku simpan rapat hingga tak ada seorang pun tahu. Aku ingin mendidik dia menjadi pria dewasa yang bertanggung jawab serta tangguh, itulah mengapa aku bersikap tegas padanya. Aku sering berucap padanya bahwa aku percaya dia sudah cukup besar untuk membuat keputusan sendiri mengenai dirinya. Dia sudah cukup bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Itulah mengapa ketika daddy bersikeras agar ade mengambil jurusan IPA maka aku justru bersikap sebaliknya. Aku serahkan sepenuhnya keputusan kepada ade. Ketika dia datang mengadu kepadaku maka aku beri dia penjelasan tentang perbedaan IPA dan IPS juga sedikit penjelasan tentang mengapa daddy bersikap seperti itu kepadanya. Setelah itu aku biarkan dia menumpahkan segala yang ada di pikirannya saat itu. Aku dengarkan tumpahan perasaannya dan momen itu sungguh terasa indah bahkan hingga saat ini .

Kembali ke sesi belajar stir mobil! Awalnya ade sempat grogi dan hanya berani mentok pada kecepatan 40 km/jam. Kita berputar-putar di JP selama hampir 1 jam lamanya. Ade menunjukkan tempat dia biasa nongkrong sama teman-temannya, rumah beberapa temannya yang di JP, juga jalanan di sekitar JP yang belum aku ketahui. Setelah merasa cukup ade memutuskan tuk pulang dan menyerahkan kembali kendali stir padaku. Dasar ade, mungkin karena kelelahan maka sepanjang perjalanan pulang dia pun tidur lelap tanpa mempedulikan aku yang jadi “garing” karena gak ada teman ngobrol.

Meskipun begitu aku tetap merasa senang dan bahagia karena bisa menghabiskan waktu bersama ade di hari itu . Bertambah senang lagi ketika ade meminta agar di hari libur berikutnya aku juga meluangkan waktu untuk kembali mengajarkan dia stir mobil. Dan begitulah jadwal belajar mobil ade bersama ku. Terakhir kali kita pergi bersama pada hari Sabtu tanggal 24 Januari 2009 sarapan bubur di Kemang. Ade sudah lancar nyetirnya dan kita janjian bulan Juni bakal ngurus SIM A bareng .

Hhhhhhhh……….manusia hanya bisa berencana maka Allah juga yang menentukan. Tidak akan ada lagi sesi belajar stir mobil bersama ade tuk selamanya karena pada Sabtu tanggal 31 Januari 2009 tepat pukul 04:15 wib ade menghembuskan nafas terakhirnya. De’, setiap detik yang pernah kita jalani bersama adalah anugerah terindah yang pernah Allah berikan bagi kita. Semoga Allah swt mengampuni segala dosa dan khilaf yang pernah kau buat, dan semoga Allah tempatkan dirimu di tempat yang mulia…aamiin…



11 March 2009
Luv
-rf-

Senin, 09 Maret 2009

SUATU SIANG DI BULAN RAMADHAN

“Teh, jadi pergi gak?”

“Ummmm….jadi kok! Tapi nanti ya ba’da dzuhur sekitar jam 1an lah…”

“Oh ya udah kalo gitu ade panasin mobilnya sekarang aja ya?!”

“Iya boleh juga.”

Waktu baru menunjukkan pukul 11 siang ketika percakapan itu terjadi. Cuaca saat itu cukup panas dan menimbulkan dahaga namun untuk minum tidaklah mungkin karena di bulan Ramadhan ini sebagai muslim kami diwajibkan untuk berpuasa. Rencananya aku dan ade rizky akan pergi ke lebakbulus untuk membeli kupat tahu magelang (KTM) sebagai menu berbuka sore itu.

Setelah selesai sholat dzuhur duo teteh-adik itu pun berganti kostum dengan gaya casual. Saking casual-nya sampe diprotes mama tapi mereka tetap bergeming dengan argumentasi mo pergi jauh tetapi tidak resmi event-nya maka sang teteh cukup mengenakan kaos lengan panjang putih yang dipadu dengan rok jeans berwarna biru serta jilbab biru senada dengan rok. Sedangkan si adik mengenakan kaos putih lengan pendek dengan celana basket berwarna biru muda kombinasi biru tua.
Siang itu jalanan nampak lengang hanya terlihat kurang dari 10 kendaraan yang mengantri di perempatan lampu merah rawapanjang. Di dalam mobil duo teteh-adik asyik bercakap-cakap.

“Ni kita mau kemana teh?” tanya si adik pada tetehnya.

“Beli KTM di lebakbulus dekat perumahan tempat pertemuan rutin support group teteh yang setiap Sabtu 2 pekan sekali itu loch!” jawab si teteh. Seolah belum puas memberi penjelasan maka teteh kembali memberi penjelasan pada adiknya tentang apa itu KTM?!

“KTM itu de’ ueenaaak…banget!!! Kamu juga pernah makan kan waktu itu yang teteh bawain. Kamu suka gak?” si teteh promosi abis-abisan sekalian merefresh ingatan si adik yang agak terkesima dengan semangat si teteh.

“Yang mana sih teh” si adik kebingungan.

“Yang itu loh de’. Kupat pake tahu….”

“Oh iya iya…ade inget…!!! Yang pake sayuran itu kan?!” akhirnya si adik inget juga.

Selanjutnya obrolan pun mengalir seru di antara keduanya. Si teteh bercerita tentang kuliahnya yang bejibun tugasnya, juga tentang pekerjaan yang lumayan melelahkan. Seolah tak mau kalah si adik ikutan bercerita tentang dia dan teman-temannya yang bertekad kelak akan menjadi lebih hebat dari ayah-ayah mereka. Tentang teman-temannya yang beraneka ragam juga rencana membuka tabungan tapi inginnya ditemani sama tetehnya ini.

Ternyata KTM yang dituju tidak jualan! Maka untuk mengobati kekecewaan mereka pun mampir di POINS cari makanan buat buka nanti sore. Muter-muter gak jelas di sana sampai ketika melewati Hanamasa mereka janjian setelah Idul Fitri mo makan berdua di sana.

“De’, biz lebaran traktir teteh di sini ya” ujar si teteh ketika mereka sedang berjalan melewati Hanamasa.

“Iye…tapi teteh yang bayar….wakakakakakak” kata si adik.

“Ich…masa teteh mulu yang bayar tiap makan bareng, sekali-kali kamu donk traktir teteh” dengan wajah pura-pura cemberut tanda protes.

“Hahahahahahahaha….ade gak ada duit! Kalo ada juga mending nraktir cewe ade daripada teteh!” puas bener si adik ngledek tetehnya yang sekarang jadi cemberut beneran.

“Huw…jelek kamu de’!!!”

“Biarin!!! Yang penting laku!”

“Tapi tetap aja jelek!”

“Yang penting laku!!! Week…..:P”

Obrolan gak penting pun terus berlanjut dan menambah seru suasana. Ketika hari mulai menjelang sore sebelum pulang teteh menawarkan ade mo beli apa buat buka. Sambil celingak-celinguk akhirnya ade menjawab: “Ade pengen burger teh” suara cadel ade buat si teteh senyum-senyum nahan ketawa. Dan ternyata selain minta burger, ade juga minta ayam de el el. Walhasil ade sukses menguras isi kantong tetehnya yang cuma bisa senyum geli ngeliat kelakuan ade kesayangannya itu.

Ternyata itu adalah ramadhan terakhir bagi ade. Gak pernah terbayangkan sebelumnya bagi teteh bahwa obrolan ringan mereka di meja makan agar kelak tetap bisa bertemu dengan ramadhan berikutnya tidak terwujud menjadi nyata. Ramadhan yang akan datang teteh akan menjalaninya tanpa kehadiran ade…betapa rasa kehilangan menghantam teteh begitu keras hingga membuat ia menjadi lemah tak berdaya. Ade lebih dari sekedar adik…ade adalah bagian tak terpisahkan dalam hidup teteh…penyemangat hidup dan penghapus duka…bahu ade adalah tempat teteh bersandar kala kepenatan serta gundah menyergap dirinya…senyuman ade adalah lukisan indah di pagi hari…dan kini ade telah pergi tuk selamanya….

Kenangan indah hari-hari yang dilewati bersama ade kan tersimpan rapi dalam lubuk sanubari teteh yang terdalam. Selamat jalan ade…insyaAllah teteh akan segera menyusul dan semoga kelak Allah berkenan mempertemukan kembali di bawah naungan kasih sayangNya…



Never b d same again
March 10, 2009

-rf-